Solusi Masa Depan untuk Logistik yang Lebih Berkelanjutan
Dalam beberapa tahun terakhir, sistem logistik di Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang kompleks. Tingginya biaya distribusi, kerusakan jalan nasional, emisi karbon dari kendaraan, dan kecelakaan akibat truk over dimension over load (ODOL) menjadi isu utama yang memengaruhi efisiensi dan keamanan pengiriman barang. Di tengah situasi ini, green logistic atau sistem logistik ramah lingkungan muncul sebagai solusi potensial yang dapat menjawab berbagai masalah tersebut.
Green logistic tidak hanya tentang keberlanjutan lingkungan, tetapi juga tentang efisiensi, keamanan, dan stabilitas ekonomi. Penggunaan moda transportasi darat seperti kereta api dinilai lebih efisien dibandingkan truk, khususnya dalam hal emisi karbon, biaya operasional, dan risiko kecelakaan. Berikut adalah lima alasan utama mengapa green logistic bisa menjadi solusi ideal untuk logistik di Indonesia:
1. Menekan Emisi Karbon secara Signifikan
Emisi karbon dari sektor transportasi menjadi salah satu penyebab utama peningkatan gas rumah kaca (GRK) di Indonesia. Data menunjukkan bahwa transportasi darat menyumbang hingga 94,69% dari total emisi CO2 di sektor ini. Kereta api, dengan emisi yang jauh lebih rendah dibandingkan truk, menjadi alternatif yang sangat efektif untuk mengurangi polusi udara dan kebisingan.
Sebagai contoh, satu rangkaian kereta angkutan kontainer KAI Logistik mampu menggantikan hingga 60 unit truk bermuatan 20 ton. Dengan demikian, pengiriman logistik melalui jalur kereta api dapat mengurangi emisi karbon hingga 60% per ton-kilometer. Ini sangat sesuai dengan target pemerintah menuju net-zero emission pada 2060.
2. Mengurangi Biaya APBN untuk Perawatan Jalan
Kerusakan jalan akibat truk ODOL membebankan negara dengan biaya perbaikan mencapai Rp41–43 triliun setiap tahun. Dengan beralihnya logistik ke jalur kereta api, biaya perawatan jalan bisa dialihkan untuk pembangunan infrastruktur lain. Selain itu, pengiriman melalui kereta api juga mengurangi kerusakan pada kendaraan akibat muatan berlebih.
3. Menurunkan Risiko Kecelakaan Lalu Lintas akibat Truk ODOL
Truk ODOL menjadi penyebab utama kecelakaan lalu lintas, terutama di jalan tol. Data menunjukkan bahwa truk ODOL menyumbang 10,5% kecelakaan di jalan raya dan hingga 40% di jalan tol. Dengan menggunakan kereta api sebagai moda utama logistik berat, risiko kecelakaan dan biaya perbaikan bisa ditekan drastis.
4. Lebih Efisien dan Murah dalam Skala Besar
Satu rangkaian kereta logistik KAI mampu mengangkut barang setara 60 truk bermuatan 20 ton. Hal ini tidak hanya efisien dari sisi kapasitas, tetapi juga menekan double handling cost jika ada integrasi antarmoda yang baik. Dalam negara-negara maju seperti Kanada dan Amerika Serikat, hingga 80% distribusi logistik menggunakan kereta api. Indonesia masih di angka 0,7%, yang menunjukkan potensi besar untuk dikembangkan.
5. Mengurangi Potensi Pungli dan Biaya Lain
Biaya logistik di Indonesia sering kali dipengaruhi oleh pungutan liar (pungli) yang merugikan pemilik barang dan konsumen akhir. Dengan sistem terintegrasi antara truk dalam kota dan layanan kereta api, potensi pungli dapat diminimalkan. Pemerintah juga dapat memberikan insentif kepada pengusaha logistik untuk menanggung biaya double handling dari gudang ke stasiun.
Membangun Ekosistem Green Logistics Butuh Political Will dan Insentif
Keberhasilan green logistic di Indonesia tidak hanya bergantung pada teknologi atau infrastruktur, tetapi juga pada regulasi tegas dan insentif bagi pelaku industri. Diperlukan aturan seragam di seluruh daerah, kolaborasi antarperusahaan melalui logistic sharing, serta pengaktifan teknologi digital seperti Weigh-in-Motion (WIM) untuk pengawasan truk ODOL yang lebih transparan.
Sudah saatnya Indonesia mencontoh negara-negara maju dalam menjadikan kereta api sebagai tulang punggung logistik nasional. Masa depan distribusi barang yang efisien, murah, dan berkelanjutan bukan lagi mimpi—melainkan kebutuhan.