Jakarta Menuju Kota Global: Tantangan dan Upaya yang Dilakukan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki ambisi untuk menjadikan kota ini masuk dalam peringkat 20 teratas sebagai kota global. Berbagai langkah telah dilakukan, mulai dari peluncuran program Jakarta RISE 20 hingga kehadiran Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung di Kantor Pusat Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat. Di sana, ia memaparkan visi dan misi pemerintah dalam mewujudkan Jakarta sebagai kota global.
Namun, pencapaian tujuan tersebut masih membutuhkan berbagai pembenahan. Menurut firma konsultan manajemen global, Kearney Indonesia, beberapa integrasi penting harus dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Salah satunya adalah peningkatan kontribusi perekonomian dari kawasan-kawasan pusat pertumbuhan ekonomi. Selain itu, pemerataan perekonomian di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) wilayah Jakarta Barat dan Utara juga menjadi fokus utama. Penyederhanaan izin bisnis serta pengelolaan acara internasional juga diperlukan untuk mendukung visi kota global.
Masalah Mobilitas dan Kemacetan
Salah satu tantangan besar yang dihadapi Jakarta adalah kemacetan lalu lintas. Presiden Direktur Kearney Indonesia, Shirley Santoso, menyebutkan bahwa masyarakat Jakarta masih lebih mengandalkan kendaraan pribadi dibandingkan transportasi publik. Meskipun fasilitas transportasi umum tersedia, jika masyarakat tidak mengubah pola pikirnya, upaya pemerintah akan kurang efektif.
“Walaupun ada fasilitas transportasi publik, kalau masyarakat masih memilih kendaraan pribadi, ya percuma. Jadi pola pikirnya juga harus diubah,” ujarnya pada 15 Juli 2025.
Keamanan dan Ramah Anak
Selain mobilitas, kondisi Jakarta sebagai kota yang aman dan ramah terhadap anak juga menjadi tantangan. Pelaksana Tugas Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPPA) DKI Jakarta, Leni Yunengsih, menyampaikan bahwa kasus kekerasan terhadap anak masih meningkat. Data menunjukkan sebanyak 2.041 kasus kekerasan anak pada tahun 2024 dan 1.113 kasus dari Januari hingga Juli 2025.
Menurut Leni, hal ini menunjukkan bahwa Jakarta belum sepenuhnya aman bagi semua golongan, termasuk anak-anak. “Jakarta yang selama ini dicanangkan sebagai kota global masih belum aman untuk semua golongan, dalam hal ini anak-anak,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa pemerintah harus melihat kondisi kota yang belum ramah terhadap anak. Untuk mencapai visi kota global, isu ini harus diselesaikan. “Sudah merupakan tugas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk memberikan perlindungan kepada anak-anak,” tambahnya.
Selain perlindungan, Leni juga menyoroti pentingnya dukungan pendampingan. “Anak-anak itu perlu mendapatkan layanan psikologis terbaik supaya bisa pulih kembali dari pengalaman-pengalaman traumatis,” jelasnya.
Kepemimpinan yang Bersih dan Transparan
Di kesempatan lain, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyampaikan tantangan Jakarta menuju kota global. Ia menekankan pentingnya pemerintahan yang bersih tanpa korupsi. Menurutnya, Jakarta sebagai kota global harus memiliki sistem perekonomian yang kuat secara global.
Dia menilai, dengan anggaran pendapatan dan belanja daerah yang hampir Rp 100 triliun, Jakarta memiliki potensi besar untuk melawan korupsi. “Jakarta sebagai kota global yang modern, tangguh, inklusif dan sebagainya, apa yang perlu dilakukan untuk itu? Salah satu kata kunci yang utama dan terutama adalah pemerintahan yang bersih,” katanya.
Kriteria Kota Global
Berdasarkan Oxford Global City Index, ada enam karakteristik yang menjadi syarat untuk sebuah kota menjadi kota global. Pertama, sistem perekonomian yang memberikan kebebasan pada pelaku kegiatan ekonomi. Kedua, riset dan pengembangan. Ketiga, interaksi multikultural. Keempat, kemudahan akses kehidupan. Kelima, kondisi alam dan lingkungan. Terakhir, aksesibilitas warga terhadap sektor-sektor penting.
Dengan mempertimbangkan kriteria tersebut, Jakarta perlu terus berupaya agar dapat memenuhi standar kota global. Dari segi infrastruktur, pemerintah harus fokus pada pengembangan transportasi, peningkatan kualitas lingkungan, dan pembangunan yang lebih inklusif. Hanya dengan kerja sama dan komitmen yang kuat, Jakarta dapat mencapai impian menjadi kota global yang maju dan sejahtera.