Lintasan Alternatif ke Puncak Bogor Dibangun di Atas Sungai Ciliwung 32 Meter

Posted on

Pembangunan Jalur Alternatif Baru ke Puncak Bogor Dikebut

Pemerintah Kota Bogor tengah mempercepat pembangunan Jalan R3 sebagai jalur alternatif menuju dan dari Puncak, Bogor. Proyek ini diharapkan menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi kemacetan yang terjadi di pusat kota, khususnya di kawasan Tajur.

Jalan R3 dirancang sebagai rute alternatif bagi kendaraan dari arah Puncak dan Sukabumi yang selama ini harus melewati titik-titik padat seperti Tajur dan Pajajaran. Dengan adanya jalan ini, kendaraan dapat langsung terhubung ke kawasan Warung Jambu tanpa harus melewati kawasan Sisesa atau pusat kota.

Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, menyampaikan bahwa betonisasi tahap lanjutan sepanjang 350 meter dari Katulampa Bulet ke Katulampa Ciliwung akan dilaksanakan tahun ini. Tahun depan, pihaknya berencana melanjutkan hingga batas jembatan Ciliwung.

“Jalan R3 bukan sekadar proyek jalan biasa, melainkan bagian dari infrastruktur strategis yang dirancang untuk meningkatkan konektivitas antar wilayah di Kota Bogor,” ujar Dedie.

Ia menambahkan bahwa jika proyek ini terealisasi, beban Jalan Tajur yang selama ini langsung menusuk ke Pajajaran bisa berkurang. Masyarakat yang datang dari wilayah Puncak dan Sukabumi tidak perlu masuk ke Sisesa, tetapi bisa langsung menuju Warung Jambu.

Meski beberapa segmen telah selesai dibangun, Pemkot Bogor masih menghadapi tantangan dalam pembebasan lahan, terutama di ruas Sindangrasa-Wangun. Menurut Dedie, ada sekitar 1,47 hektar lahan yang belum dibebaskan, terdiri dari beberapa bidang milik warga.

“Secara keseluruhan, kalau yang di Katulampa Bulet sampai batas Katulampa Ciliwung itu sudah selesai. Yang belum itu dari Sindangrasa sampai Wangun, sekitar 1,47 hektar. Mudah-mudahan keuangan daerahnya sehat dan bisa kita alokasikan untuk pembebasan lahannya,” tambahnya.

Salah satu bagian paling krusial dari proyek Jalan R3 adalah pembangunan jembatan dua jalur di atas Sungai Ciliwung. Jembatan ini dirancang dengan spesifikasi lebar 32 meter dan bentangan lebih dari 60 meter, menjadikannya salah satu konstruksi besar dalam proyek ini.

“Tantangan kami adalah membangun jembatan dengan lebar 32 meter dan bentangan lebih dari 60 meter. Itu tentunya butuh anggaran yang tidak sedikit. Maka kita sedang review DED-nya,” kata Dedie.

Ia menegaskan bahwa Pemkot akan segera menyelesaikan dokumen perencanaan teknis (DED) dan meminta rekomendasi teknis dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR. Ini menjadi prasyarat sebelum pengajuan pembiayaan ke pemerintah pusat.

Dalam menghadapi tantangan anggaran, Dedie membuka peluang untuk mengusulkan pembiayaan dari pemerintah pusat. Namun, ia menekankan semua proses administratif dan teknis harus diselesaikan terlebih dahulu.

“Kami mencari peruntungan, siapa tahu pemerintah pusat bisa membiayai. Tapi yang penting, seluruh proses administrasi dan syarat teknis kita selesaikan lebih dulu. Setelah itu baru kita ajukan untuk mendapatkan alokasi anggaran dari pusat,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *