Masalah Pencemaran Sungai Cilemahabang yang Terus Berulang
Desa Waluya merupakan salah satu dari 11 desa atau kelurahan yang terletak di Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi. Sejak bertahun-tahun, warga setempat yang berjumlah sekitar 4.996 jiwa selalu menghadapi masalah bau tidak sedap akibat pencemaran yang terjadi pada Sungai Cilemahabang. Kondisi ini kembali muncul dalam beberapa waktu terakhir, dengan adanya busa dan aroma tidak menyenangkan yang mengganggu lingkungan sekitar.
Pada Jumat, 8 Agustus 2025, Rizki (28), seorang warga Desa Waluya, mengungkapkan bahwa kondisi ini terjadi hampir setiap minggu. “Jadi hampir setiap minggu begini terus, kayak sudah rutin saja begitu. Pasti tiap minggu ada saja busa. Jangan ditanya bau, pasti kecium,” katanya. Ia merasa khawatir jika pencemaran tersebut dapat memengaruhi kualitas air yang digunakan oleh warga setempat.
Rizki juga menyoroti bahwa air yang tercemar tersebut bisa mengalir ke lahan pertanian, seperti sawah. Hal ini membuatnya semakin prihatin. “Karena kan sudah sering ini, terus-terusan kayak gini, khawatirnya serapannya kena ke warga. Belum lagi airnya juga mengalir ke sawah. Jadi tolonglah, masak begini terus!” ujarnya.
Pencemaran yang Menyebar ke Beberapa Wilayah
Berdasarkan pengamatan di lapangan, cemaran pada Sungai Cilemahabang mulai terlihat sejak pertengahan minggu ini. Busa berwarna putih muncul dari pintu air, dan semakin meninggi seiring waktu. Selain itu, bau tidak sedap juga menjadi perhatian utama bagi warga sekitar.
Sejak enam tahun lalu, sejumlah desa di dua kecamatan terdampak oleh pencemaran ini. Tiga desa yang terkena dampaknya adalah Desa Karangraharja, Waluya, dan Karang Rahayu. Masyarakat sempat mengalami krisis air bersih akibat kondisi ini. Selain mengganggu aktivitas harian, pencemaran juga berpotensi memengaruhi kesehatan penduduk setempat.
Kesulitan Dinas Lingkungan Hidup
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi mengaku kesulitan dalam mengatasi pencemaran yang terjadi. Mereka menyatakan bahwa sumber pencemaran berasal dari hulu, yang berada di wilayah Bogor. “Ya memang Cilemahabang berada di perbatasan antara Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor. Kami juga melakukan koordinasi dengan pihak DLH Provinsi Jawa Barat karena kewenangannya antarwilayah administrasi,” kata Juru Bicara DLH Kabupaten Bekasi, Dedy Kurniawan.
Penyebab Pencemaran yang Kompleks
Dedy mengungkapkan bahwa pencemaran Sungai Cilemahabang telah terjadi sejak 2020. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kondisi ini, termasuk sungai yang melewati banyak perumahan tanpa memiliki instalasi pengolahan limbah yang memadai. Selain itu, industri rumahan juga turut berkontribusi terhadap pencemaran.
“Masalah besarnya itu ya ratusan saluran air yang tanpa melalui proses dari perumahan maupun UMKM itu tidak ada yang melewati proses masuk ke IPAL,” ucap Dedy. Meski demikian, pihaknya tetap melakukan pengawasan rutin serta pengujian air secara intensif.
Solusi yang Diusulkan
Untuk mencegah pencemaran kembali terjadi, Dedy menegaskan bahwa pihaknya telah merekomendasikan pembangunan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) mini di setiap perumahan, terutama yang berada di sekitar sungai. Rekomendasi ini saat ini sedang dikaji lebih lanjut oleh pemerintah dan pengembang perumahan.
“Sudah kita tempuh dan rekomendasikan, sudah didesain IPAL mini agar air yang masuk ke sungai Cilemahabang kualitasnya baik. Sehingga bisa meningkatkan kualitas air secara keseluruhan. Kami harap dapat segera ada tindak lanjut karena ini berkenaan dengan bentuk pencegahan kita,” ujar Dedy.
Selain itu, setiap laporan pencemaran yang masuk akan langsung berkoordinasi dengan DLH Jawa Barat untuk penanganan lebih lanjut. “Termasuk yang Cilemahabang ini. Saat kejadian itu kami juga mendampingi tim dari DLH Jawa Barat. Sampai saat ini kami juga belum ada tembusan terkait hasil laboratorium. Kami sebenarnya juga menunggu arahan dari DLH Jawa Barat seperti apa,” tambah Dedy.