AHY Kritik Bandara Mewah yang Tak Bermanfaat bagi Rakyat

Posted on

Menteri Koordinator Infrastruktur Mengkritik Proyek yang Tidak Berdampak Nyata bagi Masyarakat

Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyampaikan kritik terhadap sejumlah proyek infrastruktur yang dibangun, meskipun tampak megah tetapi tidak memberikan dampak nyata kepada masyarakat. Pernyataan ini disampaikan saat ia memberikan sambutan dalam Rapat Koordinasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada Selasa (22/7/2025). AHY menyoroti beberapa contoh proyek seperti bandara, dermaga, jalan, dan bendungan yang secara fisik telah selesai dibangun, tetapi belum bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Menurut AHY, masalah utama dari proyek-proyek tersebut adalah perencanaan yang tidak terintegrasi sejak awal. Hal ini menyebabkan pelaksanaan proyek menjadi tidak efektif dan hasilnya tidak langsung berdampak pada masyarakat. Ia menegaskan bahwa perlu adanya perbaikan dalam sistem perencanaan agar proyek infrastruktur benar-benar dapat memberikan manfaat yang maksimal.

Paradigma Pembangunan Nasional Perlu Diubah

AHY menilai bahwa paradigma pembangunan nasional harus digeser dari sekadar membangun infrastruktur fisik menjadi pendekatan yang lebih fokus pada hasil dan dampak nyata bagi masyarakat. Ia menekankan bahwa pembangunan bukan hanya tentang hadirnya bangunan fisik, tetapi juga tentang bagaimana infrastruktur tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan, dan menjaga kelestarian lingkungan.

Ia menegaskan bahwa tidak boleh ada lagi program-program yang dijalankan tanpa pertanggungjawaban atau tidak dilakukan dengan prudence. Dalam hal ini, perencanaan terpadu menjadi kunci keberhasilan pembangunan. AHY menggarisbawahi pentingnya integrated planning sebagai salah satu faktor yang menentukan efektivitas pembangunan. Menurutnya, inefisiensi sering terjadi karena desain yang kurang matang dan koordinasi kebijakan yang lemah.

Bandara Kertajati: Megah Tapi Sepi Penumpang

Salah satu contoh infrastruktur yang mendapat sorotan adalah Bandara Kertajati di Majalengka, Jawa Barat. Sejak beroperasi, bandara ini masih menghadapi tantangan dalam hal penggunaan. Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio pernah menyebut bahwa operasional Bandara Kertajati belum berjalan optimal. Bahkan, menurut dia, kemungkinan besar operasionalnya akan membutuhkan waktu lima hingga sepuluh tahun untuk mencapai tingkat optimal.

Lokasi bandara yang dianggap terpencil menjadi salah satu penyebab utamanya. Agus menilai bahwa tidak mudah untuk memaksa maskapai penerbangan mengoperasikan rute ke tempat yang tidak memiliki penumpang. Ia juga menyebut bahwa akses menuju bandara masih menjadi kendala. Meskipun Tol Cisumdawu telah dibangun, namun belum cukup untuk meningkatkan jumlah penumpang.

Selain itu, masyarakat Bandung lebih memilih Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang karena durasi perjalanan yang lebih singkat dan frekuensi penerbangan yang lebih banyak. Sementara itu, warga Cirebon cenderung memilih transportasi darat seperti kereta, bus, atau travel jika ingin ke Jakarta atau wilayah timur.

Layanan Penerbangan yang Terbatas

Menurut Senior Executive Vice President PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB), Roland Sinaga, saat ini Bandara Kertajati hanya melayani satu penerbangan internasional, yaitu ke Singapura dengan Scoot Airlines. Ini membantah informasi bahwa bandara ini mangkrak. Namun, untuk penerbangan domestik, layanan masih terbatas karena kurangnya armada pesawat dari LionAir, SuperJet, dan Citilink.

Populasi pesawat komersial turun pasca-pandemi, sehingga banyak pesawat sedang dalam masa perbaikan. Untuk meningkatkan jumlah penerbangan, BIJB sedang melakukan negosiasi dengan Malaysia Airlines dan AirAsia. Sayangnya, maskapai internasional juga mengalami kendala serupa, yaitu kekurangan armada pesawat yang siap terbang. Pesawat yang sedang dalam masa maintenance juga menyebabkan penundaan penerbangan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *