Bandung Serang Banjir, Wawali Erwin Siapkan 30 Kolam Retensi! Gedebage Jadi Sasaran Utama

Posted on

Strategi Jangka Panjang untuk Mengatasi Banjir di Kota Bandung

Kota Bandung masih menyimpan kenangan akan banjir yang mengganggu kawasan seperti Pasteur, Pagarsih, hingga Gedebage. Namun, Pemerintah Kota Bandung kini menunjukkan komitmen kuat untuk tidak lagi mengandalkan keberuntungan dalam menghadapi masalah tersebut. Salah satu strategi utama yang disiapkan adalah meningkatkan jumlah kolam retensi di seluruh wilayah kota sebagai langkah pengendalian banjir.

Dalam pernyataannya, Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, mengumumkan bahwa pihaknya berencana menambah 15 kolam retensi baru, sehingga totalnya mencapai 30 kolam. Anggaran miliaran rupiah telah dialokasikan untuk rencana ini, yang menjadi tanda serius dari pemerintah dalam menghadapi tantangan banjir yang terus berlangsung.

Memperluas Infrastruktur untuk Meningkatkan Perlindungan

Pemkot Bandung menyadari bahwa solusi sementara tidak lagi cukup untuk mengatasi masalah banjir. Oleh karena itu, langkah besar dan terukur menjadi prioritas utama. Target penambahan kolam retensi hingga 30 buah menjadi salah satu pilar utama dalam rencana mitigasi banjir.

“Saat ini kita hanya memiliki 15 kolam retensi. Targetnya adalah 30 kolam retensi,” ujar Erwin. “Beberapa lokasi sudah dibangun sebelumnya, seperti di Ceporeat, dan saat ini sedang merencanakan pembangunan tambahan di Gedebage.”

Langkah ini tidak hanya sekadar wacana. Rencana pembangunan infrastruktur pengendali banjir ini telah dimasukkan dalam anggaran tahun 2026. Dana yang disiapkan pun tidak sedikit, dengan estimasi antara Rp10 hingga Rp12 miliar. Angka ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam merealisasikan program prioritas.

Cara Kerja Kolam Retensi sebagai “Sponge” Raksasa

Bagi sebagian warga, istilah kolam retensi mungkin terdengar teknis. Secara sederhana, kolam retensi bekerja seperti “spons” atau “ember” raksasa yang dibangun di titik-titik strategis. Saat hujan deras turun, air limpasan dari jalan, perumahan, dan area lainnya tidak langsung mengalir ke saluran drainase atau sungai. Sebaliknya, sebagian besar air ditampung sementara di dalam kolam retensi.

Setelah intensitas hujan mereda, air dalam kolam akan dilepaskan secara perlahan dan terkendali ke sistem drainase. Dengan mekanisme ini, beban pada sungai dan saluran air berkurang, sehingga risiko banjir dapat ditekan. Selain itu, kolam retensi modern juga dirancang multifungsi, bisa menjadi cadangan air baku di musim kemarau, area pemancingan, atau ruang terbuka hijau yang memperindah lingkungan kota.

Belajar dari Keberhasilan Kolam Retensi yang Ada

Rencana penambahan kolam retensi ini didasarkan pada keberhasilan fasilitas serupa yang telah dibangun sebelumnya. Contohnya, Kolam Retensi Sirnaraga telah terbukti efektif dalam mengurangi dampak banjir di kawasan padat seperti Pagarsih dan sekitarnya. Demikian pula, kolam retensi lainnya juga membantu mengurangi durasi dan tinggi genangan di wilayah masing-masing.

Fokus pada Kawasan Kritis: Gedebage dan Antapani

Erwin secara spesifik menyebut Gedebage sebagai target utama pembangunan kolam retensi berikutnya. Alasan ini sangat logis. Kawasan Gedebage merupakan cekungan alami yang sering terkena banjir parah setiap musim hujan. Di sisi lain, Gedebage juga menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru dengan kehadiran Stadion GBLA, Stasiun Kereta Cepat, dan pengembangan lainnya. Mengendalikan banjir di Gedebage bukan hanya tentang kenyamanan warga, tetapi juga menjaga investasi dan masa depan ekonomi kota.

Selain Gedebage, kawasan rawan banjir seperti Antapani dan wilayah dengan kontur rendah lainnya juga masuk dalam radar Pemkot untuk pembangunan kolam retensi di masa depan.

Strategi Mitigasi Banjir Terintegrasi

Pemkot Bandung menyadari bahwa kolam retensi bukanlah satu-satunya solusi. Infrastruktur ini harus didukung oleh program-program lain yang berjalan sinergis. Upaya normalisasi sungai, pengerukan sedimen, pembersihan dan perbaikan saluran drainase, serta pembangunan ribuan sumur resapan terus dilakukan secara paralel.

Pada akhirnya, keberhasilan semua program ini sangat bergantung pada partisipasi aktif masyarakat. Dengan infrastruktur yang lebih baik, warga diharapkan bisa lebih terlindungi dari banjir dan kualitas lingkungan juga meningkat.