Dorong Disabilitas Siap Kerja, PDA Garut Jalin Kemitraan dengan Disnaker dan Industri

Posted on

Upaya PDA Garut dalam Mendorong Inklusi Sosial di Dunia Kerja

PDA Garut, yang merupakan bagian dari Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah, kembali menunjukkan komitmennya terhadap inklusi sosial. Melalui Program Inklusi yang didukung oleh Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, PDA Garut menggelar Pertemuan Kesiapan Kerja dengan IDUKA (Industri dan Dunia Kerja) pada Rabu (6/8/2025). Acara ini berlangsung di Aula Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Garut dan dibuka secara resmi oleh Kepala Disnakertrans, Muksin.

Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk memfasilitasi penyandang disabilitas agar dapat masuk ke dunia kerja secara inklusif dan berkelanjutan. Selain itu, PDA Garut juga berupaya membangun komitmen dari pihak industri dan instansi pemerintah dalam membuka ruang kerja bagi kelompok disabilitas, sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016.

Dua narasumber hadir dalam acara tersebut, yaitu Rahany Eka Pratiwi, Kabid Penempatan Kerja Disnakertrans Garut, dan Muslim Marifatulloh, Supervisor dari PT Pratama Abadi Industri (JX2). Keduanya memberikan paparan tentang peran masing-masing dalam mendukung akses kerja bagi penyandang disabilitas.

Kepala Disnakertrans Garut, Muksin, menyampaikan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab sosial untuk memberikan ruang kepada difabel agar bisa berdaya. Ia menjelaskan bahwa selama ini telah dilakukan pelatihan bagi penyandang disabilitas serta sosialisasi kepada perusahaan tentang kewajiban mempekerjakan mereka.

“Perusahaan swasta wajib mempekerjakan minimal 1% penyandang disabilitas, sedangkan instansi pemerintah, BUMN, dan BUMD wajib menyediakan kuota 2%,” ujar Muksin. Ia menekankan bahwa aturan tersebut bukan hanya sekadar pemenuhan regulasi, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap hak asasi dan potensi setiap individu, termasuk penyandang disabilitas.

Hj. Yati Rosyati Damiri dari PDA Garut menyampaikan bahwa kegiatan ini lahir dari semangat keadilan sosial yang tertuang dalam UU Disabilitas. Ia menegaskan bahwa PDA Garut merasa memiliki tanggung jawab moral dan sosial untuk mendampingi kelompok disabilitas.

“Kami telah bekerja sama dengan beberapa SLB dan menyelenggarakan pelatihan soft skill agar mereka siap kerja,” kata Yati. Ia menambahkan bahwa program ini bukan hanya kegiatan seremonial, melainkan strategi pendampingan yang mencakup pelatihan, pemetaan potensi, hingga penghubungan dengan dunia industri.

Muslim Marifatulloh dari PT Pratama Abadi Industri (JX2) juga menyampaikan komitmen perusahaannya untuk membuka kesempatan kerja yang setara bagi semua orang. Ia percaya bahwa semua orang memiliki potensi, termasuk teman-teman disabilitas. Perusahaan tersebut berkomitmen menjadi bagian dari ekosistem kerja yang inklusif.

Rahany Eka Pratiwi dari Disnakertrans menjelaskan secara teknis tentang peluang, tantangan, serta regulasi yang mendukung penempatan kerja bagi difabel. Ia menegaskan bahwa pemerintah daerah terbuka terhadap kerja sama yang mendorong akses kerja yang lebih adil.

Di akhir acara, Ayulmia Efni, S.Pd, seorang guru pendamping dari sekolah luar biasa, mempresentasikan siswa disabilitas yang telah siap magang atau bekerja. Mereka telah diberi pelatihan vokasional serta soft skill untuk mendukung kesiapan mereka di dunia kerja nyata.

Sebagai penutup, para perwakilan dari perusahaan dan industri yang hadir melakukan penandatanganan komitmen untuk memberikan ruang kerja kepada penyandang disabilitas di institusi masing-masing. Dengan kegiatan ini, PDA Garut kembali menegaskan bahwa inklusi sosial bukan sekadar wacana, tetapi langkah konkret yang bisa dimulai dari kerja sama lintas sektor.