Gajah Raja yang Megah

Posted on

Perbandingan Kekuatan Hewan dan Dinamika Politik dalam Partai

Dalam dunia hewan, jika gajah bertemu dengan banteng, siapa yang akan menang? ChatGPT menyatakan bahwa gajah memiliki keunggulan signifikan. Bobot gajah bisa mencapai lima ton, sedangkan banteng hanya sekitar satu ton. Selain itu, gajah dikenal sebagai hewan yang lebih cerdas, memiliki daya ingat yang kuat, serta mampu merencanakan strategi bertahan maupun menyerang. Meskipun banteng memiliki keberanian, kekuatan eksplosif, dan kecepatan saat menyeruduk, gajah tetap memiliki peluang besar untuk mengalahkannya.

Jika pertanyaannya berubah menjadi gajah, banteng, dan garuda dalam pertarungan tiga arah, jawabannya tidak mudah. Tukang ramal politik memberikan jawaban, namun tidak ingin disebutkan secara terbuka. Hal ini menunjukkan kompleksitas situasi yang dihadapi.

Pada Kongres PSI di Solo tanggal 20 Juli mendatang, partai tersebut akan mengesahkan perubahan logo dari bunga mawar menjadi kepala gajah. Warna merah dan hitam dipilih, jelas menunjukkan bahwa gajah tidak akan bersaing langsung dengan garuda yang hidup di angkasa. Dengan perubahan ini, persaingan politik usai kongres akan fokus pada perebutan masa nasionalis-marhaenis. Gajah akan masuk ke kandang banteng, memicu dinamika baru dalam dunia politik.

Banyak partai yang sebelumnya menggunakan lambang kepala banteng, namun hasilnya tidak sukses. PDI-Perjuangan tetap menjadi partai terbesar, berkat sosok Megawati Soekarnoputri sebagai pemimpin utama. Dia adalah pewaris Bung Karno baik secara ideologis maupun biologis. Namun, selama ini banteng belum pernah menghadapi lawan seberat gajah. Oleh karena itu, persaingan antara banteng dan gajah akan sangat menarik untuk dilihat.

Mantan Presiden Jokowi awalnya dianggap akan menjadi ketua umum PSI yang baru. Namun, akhirnya dia memutuskan untuk tidak bergabung. Ketua umum PSI tetap Kaesang Pangarep, putra Jokowi. Meskipun PSI gagal masuk parlemen, Kaesang tetap menjadi tokoh penting dalam partai. Bulan lalu, saya sudah mendengar informasi bahwa Jokowi tidak akan memimpin PSI. Saat itu, saya hadir di pesta perkawinan di Tangerang dan mendapatkan informasi dari seseorang yang aktif di PSI. Ia mengatakan bahwa Jokowi tidak akan menjadi ketua umum.

Keputusan ini didasari pertimbangan publik tentang “bapak gusur anak” dan perubahan status PSI yang semakin menjauhi identitas partai anak muda. Selain itu, persaingan juga bisa terjadi antara PSI dan Partai Demokrat. Meskipun Partai Demokrat sering dianggap sebagai partai gajah, logo mereka bukan gajah. Dengan perubahan logo, PSI akan lebih mudah mendapatkan julukan “partai gajah”.

Partai Golkar juga sering melahirkan partai tandingan, seperti Nasdem yang relatif sukses. Partai Islam juga sering beranak-pinak, meskipun banyak dari mereka menjadi partai kecil. Munculnya partai gajah dapat memengaruhi distribusi suara partai-partai lain, membuat partai tengah sulit muncul sebagai dominan. Negara ini memerlukan satu partai tengah yang kuat, namun situasi ini masih belum jelas.

Gerindra mungkin menjadi salah satu alternatif. Dengan modal sebagai partai penguasa, Gerindra memiliki potensi untuk memenuhi harapan tersebut. Bagaimana para bupati-walikota yang diusung PDI-Perjuangan tanpa koalisi? Apakah ada di antara mereka yang akan menjadi Prabu Baladewa, dengan gajah sebagai kendaraannya? Atau justru mereka ditakdirkan menjadi pelanduk yang terinjak kaki gajah dan diseruduk banteng?