Indonesia Pimpin Ekspansi Tambang Batubara Asia Tenggara

Posted on

Indonesia Memimpin Perluasan Tambang Batubara di Asia Tenggara

Indonesia menjadi negara yang paling aktif dalam memperluas kapasitas tambang batubara di kawasan Asia Tenggara. Dalam laporan terbaru yang dirilis oleh Global Energy Monitor (GEM), disebutkan bahwa sebanyak 31 juta ton per tahun (Mtpa) kapasitas tambang baru sedang dikembangkan. Dari jumlah tersebut, 15 Mtpa sedang dalam tahap konstruksi dan 16 Mtpa masih dalam proses perencanaan.

Sebagian besar proyek tambang ini ditujukan untuk memproduksi batubara termal guna memenuhi kebutuhan pembangkit listrik domestik serta pasar ekspor. Namun, terdapat lebih dari 40 proyek tambang baru yang masih berada pada tahap awal tanpa data kapasitas yang jelas. Hal ini menunjukkan adanya ketidakjelasan dalam rencana pengembangan tambang batubara di Indonesia.

Dalam laporan GEM juga disebutkan bahwa dari total kapasitas tambang batubara sebesar 135 Mtpa yang direncanakan di 12 negara Asia (kecuali China), Indonesia dan Pakistan menyumbang lebih dari separuhnya. Selain itu, pemerintah saat ini sedang giat mengeksplorasi cadangan batu bara metalurgi (coking coal) untuk mengurangi ketergantungan impor dari Rusia, Australia, dan China.

Namun, Dorothy Mei, Manajer Proyek Global Coal Mine Tracker GEM, mengungkapkan bahwa sektor batubara Indonesia saat ini menghadapi risiko keekonomian dan ancaman menjadi aset yang tidak bernilai (stranded asset). Hal ini disebabkan oleh penurunan volume ekspor batubara yang mencapai titik terendah dalam tiga tahun terakhir, akibat meningkatnya produksi domestik di China dan India.

Saat ini, tercatat sebanyak 2.270 Mtpa proyek tambang batubara sedang dalam berbagai tahap pengembangan di 30 negara di seluruh dunia. Secara global, Indonesia menduduki peringkat delapan dengan proposal tambahan kapasitas tambang batubara terbesar. Sementara China memimpin dengan tambahan kapasitas sebesar 1.350 Mtpa.

Peningkatan tambang batubara yang masif ini berpotensi meningkatkan emisi gas rumah kaca metana dan memperburuk krisis iklim. Jika semua proposal tambang baru ini terealisasi, diperkirakan akan ada sekitar 15,7 juta ton metana yang dilepaskan ke udara setiap tahunnya, setara dengan 1,3 miliar ton CO2e. Angka ini melebihi total emisi tahunan Jepang pada 2022.

Akibatnya, emisi gas rumah kaca global akan meningkat menjadi 6 miliar ton CO2e, setara dengan emisi Amerika Serikat sebagai polutan terbesar kedua dunia. Padahal, dari 30 negara dengan proyek tambang batubara baru dalam pengembangan, 21 di antaranya merupakan penandatangan Global Methane Pledge –termasuk Indonesia. Meski demikian, hanya beberapa negara yang telah menyampaikan rencana mitigasi metana yang konkret.

Tiffany Means, Peneliti Senior GEM, menegaskan bahwa jika negara-negara ini benar-benar berkomitmen pada target iklim mereka, solusinya bukanlah melanjutkan pengembangan tambang batubara dengan aksi mitigasi yang tidak jelas, tetapi menghentikan proyek baru sepenuhnya. Strategi paling efektif untuk ini sangat jelas, yakni biarkan batu bara tetap di dalam tanah.

Wicaksono Gitawan, Policy Strategist CERAH, menyatakan bahwa tindakan Indonesia untuk mendorong ekspansi tambang batubara tidak sesuai dengan target transisi energi dan komitmen iklim sesuai Perjanjian Paris. Menurutnya, seharusnya pemerintah mulai serius menyiapkan kebijakan dan langkah konkret untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukan dengan lebih masif dan menghentikan penggunaan batu bara secara berlebihan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *