
PR GARUT-
Pemerintah sedang merancang proyek strategis terbaru untuk meniadakan ketimpangan infrastruktur antara bagian utara dan tengah Pulau Jawa. Pembangunan Jalur Tol Ngawi-Bojonegoro-Babat diproyeksikan menjadi taut emas yang akan menyambungkan lintasan Trans Jawa dari segi utara dengan segi tengah (Soló-Surábaja). Selain itu, ini juga bakal meluncurkan era baru dalam perkembangan kawasan di pusat pulau tersebut.
Rencana pembangunan jalur toll tersebut secara resmi tercantum di dalam Dokumen Rencana Umum Jaringan Jalur Nasional (Dokumen Rencuma Djibim) untuk tahun 2025-2029, seperti yang termuat dalam Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 367/KPTS/M/2023. Pihak berwenang sangat yakin bahwa projek ini tak sekadar akan mengurangi durasi perjalanan, melainkan juga membantu menyebarkan pertumbuhan ekonomi lebih merata.
Hingga saat ini, jalur Trans Jawa telah menjadi penggerak utama untuk aliran logistik dengan menggunakan dua koridor utama: bagian utara (Pantura) serta bagian tengah-selatan yang dijangkau oleh Tol Solo-Surabaya. Akan tetapi, kurangnya integrasi langsung antara kedua rute tersebut membentuk area-area tertutup yang tampak seperti terpisahkan dari dinamika pembangunan. Inilah kesempatan yang berusaha dimanfaatkan oleh konsep jalan bebas hambatan Ngawi-Bojonegoro-Babat.
Ini tak sekadar berkaitan dengan pembangunan jalur fisik, tetapi juga mengembangkan ikatan socio-ekonomi yang baru.
“Bojonegoro serta daerah di sekitarnya akan menjadi pusat perkembangan baru,” ungkap seorang petugas dari Kementerian PUPR.
Bojonegoro, dari Penyimpanan Minyak menjadi Penyimpanan Logistik
Bojonegoro, yang telah lama terkenal sebagai salah satu daerah penghasil minyak dan gas di tanah air, memiliki potensi untuk berkembang menjadi pusat logistik dan industri modern. Dengan adanya jalur toll tersebut, proses transportasi barang dapat dilakukan lebih cepat mulai dari area industri Ngawi sampai kepelabuhan serta pusat pendistribusian di bagian utara Pulau Jawa seperti Lamongan dan Gresik.
Bukan hanya itu saja, tetapi kota-kota yang terletak di sepanjang rute tersebut seperti Cepu dan Padangan pun diprediksi akan mengalami dampak bergulir dari proyek konstruksi ini. Diantaranya adalah peningkatan harga tanah, pertumbuhan investasi dalam bidang perhotelan, serta kemunculan aktivitas Usaha Mikro Kecil Menengah setempat.
Rute Harapan untuk Mobilitas dan Distribusi yang Merata
Proyek jalan bebas hambatan ini diantisipasi dapat mengurangi durasi perjalanan dengan siginifikansi antara Ngawi menuju Lamongan ataupun Gresik. Melalui integrasi yang langsung dengan koridor jalan tol lainnya layaknya Tol Trans Jawa serta ruas Tol Solo-Kertosono, rute tersebut bakal berperan sebagai pilihan strategis pada masa mendatang, lebih-lebih ketika ada penumpukan lalu lintas di jalur primer.
Di luar keuntungan finansial, projek ini pun menyimpan harapan bagi penyebaran pengembangan yang lebih merata.
Tengah Java tidak harus menjadi sekadar rute transit, tetapi pusat perkembangan baru,
tegas pakar infrastruktur dari ITS, Dr. Budi Santosa.
Walaupun masih akan memasuki fase perencanaan di tahun 2025 yang akan datang, sinyal positif dari pemerintahan pusat memberikan harapan kepada publik. Beberapa daerah sudah mulai mengatur penelitian sosial dan ekonomi untuk persiapan menyongsong proyek tersebut.
Dengan adanya kontruksi Jalur Tol Ngawi–Bojonegoro–Babat, Indonesia mengindikasikan suatu orientasi baru pada bidang pengembangan sarana dan prasarana: bukannya hanya berfokus pada koridor-koridor tradisional, tetapi juga merambah ke rute-rute baru yang dulunya kurang diperhatian. Saat ini, perihal utamanya tak sekadar tentang betapa pesatnya waktu tempuh, namun lebih kepada bagaimana banyak daerah turut berkembang bersama-sama. ***