Kebakaran Hutan Meluas di Rohul, Pemadaman Tertunda Medan Sulit dan Kekurangan Air

Posted on

Kabut Asap Meluas di Rokan Hulu Akibat Karhutla

Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) kini mulai diselimuti kabut asap tipis akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang semakin meluas. Dalam dua hari terakhir, lima kecamatan di wilayah ini dilaporkan mengalami kebakaran. Meski saat ini belum ada gangguan signifikan terhadap aktivitas masyarakat, bau asap mulai terasa sejak Jumat (18/7) hingga malam Sabtu.

Upaya pemadaman terus dilakukan oleh petugas, namun mereka menghadapi berbagai tantangan. Medan yang berat dan minimnya sumber air menjadi kendala utama, terutama di wilayah perbukitan Kecamatan Rokan IV Koto dan Rambah—dua lokasi dengan titik panas terbanyak.

Berdasarkan data dari BMKG Pekanbaru, Rohul tercatat sebagai daerah dengan jumlah titik panas terbanyak di Provinsi Riau, yaitu 107 dari total 259 hotspot yang terdeteksi. Lima kecamatan yang terdampak karhutla antara lain Rambah, Rokan IV Koto, Rambah Samo, Bangun Purba, dan Kepenuhan.

Kepala BPBD Rohul melalui Kabid Kedaruratan dan Logistik, Boy Arta SIP, menyebutkan bahwa medan terjal dan kesulitan akses menjadi kendala utama dalam upaya pemadaman. Mereka telah meminta bantuan water bombing dari BPBD Riau, tetapi helikopter masih dalam perawatan. “Kami khawatir api akan semakin meluas karena angin kencang dan kondisi tanah yang kering,” ujarnya.

Sementara itu, Kapolres Rohul AKBP Emil Eka Putra turun langsung memimpin tim gabungan dari Polres, TNI, BPBD, dan DLHK untuk memadamkan api. Namun, peralatan yang tersedia terbatas, seperti pompa punggung. Tim harus berjalan kaki menembus medan curam karena lokasi yang sulit dijangkau kendaraan.

Kapolres Emil juga membagi tim ke sejumlah desa terdampak dan mengimbau masyarakat untuk menghentikan kebiasaan membuka lahan dengan cara dibakar. “Kami akan proses hukum pelaku pembakaran lahan. Ini serius,” tegasnya.

Pantauan lapangan menunjukkan asap pekat mulai terlihat menggantung di langit Pasirpengaraian dan perbukitan sekitarnya. Warga masih beraktivitas seperti biasa, meskipun udara mulai terasa sesak. Beberapa warga menduga kebakaran dilakukan secara sengaja untuk membuka lahan sawit.

Warga meminta aparat bertindak tegas. “Sudah hampir sepekan asap dari perbukitan ini menyelimuti kota. Kami minta pelakunya ditangkap,” ujar Budi (45), warga Pasirpengaraian.

Kasus Lain: Pemadaman di Perbatasan dan Penangkapan Pelaku

Di perbatasan Riau dan Sumbar, tim gabungan berhasil memadamkan karhutla seluas dua hektare di wilayah Nagari Tanjung Pauh, Kecamatan Pangkalan Koto Baru. Lokasi ini berada dekat wilayah hukum XIII Koto Kampar.

Kapolres Kampar AKBP Boby Putra Ramadhan S memimpin langsung operasi tersebut dan menegaskan bahwa seluruh pihak bergerak cepat untuk mencegah meluasnya kebakaran. “Jenis lahan terbakar adalah semak dan kebun sawit. Pemilik lahan masih diselidiki,” ujarnya.

Sementara itu, Polres Kuantan Singingi berhasil mengamankan seorang pria berinisial SP (59) yang diduga membakar lahan miliknya sendiri untuk dijadikan kebun sawit. SP ditangkap pada Sabtu (19/7) di Desa Pulau Kalimanting, Kecamatan Benai, dan mengakui perbuatannya saat diinterogasi.

BMKG: Cuaca Kering Memperparah Hotspot

Cuaca kering yang terjadi selama hampir empat hari membuat Riau mencatat lonjukan titik panas, dari 11 titik pada 15 Juli menjadi 259 titik pada 18 Juli. Rohul dan Rohil menjadi daerah dengan hotspot terbanyak.

Citra satelit BMKG juga mulai mendeteksi sebaran asap bergerak ke arah timur laut hingga Teluk Kemang, Malaysia. Pergerakan asap diperparah oleh arah angin yang bertiup dari Tenggara ke Barat Laut. BMKG memperingatkan masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran lahan karena risiko kebakaran semakin tinggi.

Udara di Pekanbaru pun mulai menurun kualitasnya. AQI tercatat mencapai 104, masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif. BMKG mengimbau masyarakat untuk membatasi aktivitas di luar ruangan dan menggunakan masker.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *