KABARBANDUNG
– Warga Bandung mungkin sudah tidak asing lagi dengan kemacetan parah yang menjadi bagian dari keseharian. Namun, fakta terbaru dari survei yang dilakukan oleh TomTom mengkonfirmasi apa yang sudah dirasakan banyak orang karena Kota Bandung menduduki peringkat pertama sebagai kota termacet di Indonesia.
Tak hanya itu, di kancah global, Bandung bahkan menempati urutan ke-12 sebagai kota dengan tingkat kemacetan tertinggi di dunia. Sebuah predikat yang tentu tidak membanggakan, namun menjadi cerminan nyata dari tantangan mobilitas di Kota Kembang.
Di bawah Bandung, kota-kota besar lain di Indonesia juga tak luput dari jerat kemacetan. Seperti, Medan, Palembang, Surabaya, dan Jakarta yang menyusul di peringkat berikutnya. Ini menunjukkan bahwa masalah transportasi bukan hanya milik Bandung, tetapi menjadi isu krusial di hampir seluruh pusat kota di Indonesia.
Ketika Jumlah Kendaraan Melebihi Ruang Jalan
Menanggapi hasil survei tersebut, Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, memberikan gambaran yang jelas tentang akar masalahnya, bahwa Rasio kendaraan pribadi yang hampir menyamai jumlah penduduk menunjukkan beban jalan raya yang luar biasa berat. “Jumlah penduduk Kota Bandung mencapai 2,6 juta, sementara jumlah kendaraan pribadi di Kota Bandung sudah mencapai 2,3 juta unit,” ungkapnya pada Sabtu, 5 Juli 2025.
Ia juga menyoroti keterbatasan infrastruktur jalan yang menjadi dilema klasik kota-kota padat. Ruang yang terbatas membuat ekspansi jalan menjadi tidak realistis, apalagi efisien dalam jangka panjang. Solusi harus dicari di luar menambah lajur, melainkan bagaimana mengoptimalkan penggunaan ruang yang ada dan mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi. “Jumlah jalan sedikit dan kita tidak mungkin menambah jumlah jalan,” katanya.
Langkah Strategis Menuju Bandung yang Lebih Lancar
Pemerintah Kota Bandung, bersama berbagai pihak, tidak tinggal diam. Beberapa upaya strategis sedang digulirkan untuk mengatasi permasalahan kemacetan ini:
1. Mendesak Penyelesaian Flyover Nurtanio
Salah satu fokus utama adalah percepatan pembangunan infrastruktur yang tertunda. “Salah satu kuncinya meminta dengan sangat kepada pemerintah [pusat] menyelesaikan jalan layang Nurtanio,” tegasnya. Penyelesaian flyover ini diharapkan dapat mengurai simpul-simpul kemacetan di area vital tersebut, memperlancar arus lalu lintas dari dan menuju beberapa kawasan padat.
2. Membangun Bus Rapid Transportation (BRT)
Melihat suksesnya sistem transportasi massal di kota lain, Bandung juga berencana mengadopsi konsep serupa. “Kita akan bersama dengan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan World Bank membangun BRT (Bus Rapid Transportation). Langkah itu diharapkan menjadi tulang punggung transportasi publik yang efisien, nyaman, dan terjangkau, sehingga dapat mendorong masyarakat beralih dari kendaraan pribadi,” ucapnya.
3. Menjajaki Program Angkot Pintar
Angkutan kota atau angkot telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari mobilitas warga Bandung. Untuk meningkatkan efektivitasnya, pemerintah kota tengah menjajaki program angkot pintar. Program ini kemungkinan besar melibatkan teknologi untuk rute yang lebih efisien, pembayaran non-tunai, atau informasi jadwal yang real-time, demi kenyamanan penumpang dan efisiensi operasional.
4. Pembangunan Trotoar Ramah Pejalan Kaki
Selain fokus pada kendaraan, perhatian juga diberikan pada pengembangan infrastruktur pejalan kaki. Trotoar yang layak akan mendorong lebih banyak orang untuk berjalan kaki, terutama untuk jarak dekat, yang pada akhirnya dapat mengurangi jumlah perjalanan dengan kendaraan bermotor. Ini adalah langkah kecil namun signifikan untuk menciptakan kota yang lebih humanis dan berkelanjutan. “Kami juga saat ini akan membangun trotoar yang ramah untuk semua orang di Jalan Sumatra, Aceh, Kalimantan, dan Belitung,” tandasnya.
Kemacetan di Bandung adalah masalah kompleks yang membutuhkan solusi multisektoral dan komitmen jangka panjang. Dengan kombinasi pembangunan infrastruktur yang strategis, pengembangan transportasi massal yang modern, serta peningkatan fasilitas pejalan kaki, harapan untuk melihat Bandung yang lebih lancar dan nyaman bukanlah mimpi belaka. Tantangan besar menanti, namun dengan langkah-langkah konkret ini, Bandung bisa perlahan keluar dari jerat predikat kota termacet. (At/Job)***