Krisis Sampah Bandung: 230 Ton Limbah Tidak Terangkut Harian

Posted on

Masalah Sampah di Kota Bandung yang Mengkhawatirkan

Kota Bandung masih menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah. Hingga saat ini, sebanyak 230 ton sampah setiap hari tidak dapat terangkut dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) karena TPA Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat sudah overload. Hal ini menyebabkan penumpukan sampah yang terus meningkat setiap harinya.

Sampah yang dihasilkan oleh masyarakat, terutama sisa makanan dan sampah rumah tangga, menjadi penyebab utama krisis sampah yang berlangsung hingga saat ini. Untuk mengurangi beban tersebut, Pemkot Bandung memulai berbagai program penanganan sampah sejak dari sumbernya, seperti pemilahan sampah, pengelolaan sampah oleh masyarakat, serta pembentukan bank sampah.

Awal Permasalahan Sampah di Bandung

Permasalahan sampah di Kota Bandung bermula dari kapasitas TPA Sarimukti yang tidak mampu menampung jumlah sampah yang terus bertambah. Sementara itu, Tempat Pengolahan Sampah modern yang direncanakan oleh Pemprov Jabar, yaitu Legoknangka di Nagreg, Kabupaten Bandung, belum dimulai pembangunannya. Akibatnya, kota-kota yang membuang sampah ke TPA Sarimukti harus menghadapi pembatasan ritase pembuangan sampah.

Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung, Darto, total produksi sampah di Kota Bandung mencapai rata-rata 1.500 ton per hari. Idealnya, dibutuhkan pengangkutan sampah sebanyak 170 ritase per hari ke TPA. Namun, dengan adanya pembatasan, Kota Bandung hanya diberi kuota 140 ritase per hari, sehingga sekitar 30 ritase atau 230 ton sampah tertahan di TPS setiap harinya.

Komposisi Sampah di Kota Bandung

Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) di Kementerian Lingkungan Hidup, komposisi sampah di Kota Bandung pada tahun 2024 didominasi oleh sisa makanan sebesar 44,52 persen. Berikut adalah rincian komposisi sampah:

  • Sisa makanan: 44,52%
  • Kayu/ranting: 3,98%
  • Kertas-karton: 13,12%
  • Plastik: 16,70%
  • Logam: 0,90%
  • Kain: 4,75%

Sementara itu, sumber atau asal sampah berasal dari:

  • Rumah tangga: 60 ton per hari
  • Perkantoran: 4 ton per hari
  • Pasar: 10 ton per hari
  • Perniagaan: 6 ton per hari
  • Fasilitas publik: 13,30 ton per hari
  • Kawasan: 5 ton per hari
  • Lain-lain: 1,70 ton per hari

Target Pengurangan Sampah di Akhir Tahun 2025

Untuk menangani krisis sampah yang terjadi, Pemkot Bandung memiliki target untuk hanya membuang 100 ritase sampah per hari pada akhir tahun 2025. Saat ini, kuota pembuangan sampah ke TPA Sarimukti adalah 140 ritase per hari, atau sekitar 1.400 ton. Oleh karena itu, pengurangan pengangkutan sampah sebanyak 400 ton per hari harus diupayakan.

Pemkot Bandung juga melakukan kerja sama dengan Pemkab Garut agar sampah bisa dibuang ke TPA Pasirbajing. Di sisi lain, pihaknya fokus pada pengolahan sampah mulai dari masyarakat sendiri, seperti pemilahan sampah di tingkat rumah tangga, pendirian bank sampah, serta pengolahan sampah di tingkat komunitas.

Inisiatif Pemkot Bandung dalam Pengelolaan Sampah

Pemkot Bandung telah membentuk Satgas Pengelolaan Sampah untuk mempercepat penerapan kebiasaan baru dalam pengelolaan sampah. Selain itu, Pemkot juga meluncurkan program Kawasan Bebas Sampah (KBS) yang meningkatkan jumlah RW yang terlibat dari 283 menjadi lebih dari 400. Program ini bertujuan untuk menyelesaikan pengelolaan sampah di sumbernya, yaitu di tingkat rumah tangga dan lingkungan RW.

Selain itu, Pemkot Bandung juga membangun pengelolaan TPS dan RDF (Refuse Derived Fuel). Saat ini, terdapat 263 TPS dengan berbagai tipe, termasuk TPS3R (Reduce, Reuse, Recycle). Inovasi ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada TPA dan meningkatkan efisiensi pengelolaan sampah.