Mahasiswa ITB Menangkan Kompetisi di Malaysia dengan Beton Berbahan Dasar Serat Nanas

Posted on





,


Bandung


– Kelompok mahasiswa dari Institut Teknologi Bandung (ITB)

ITB

) membawa pulang medali emas serta menerima gelar Penghargaan Pencetak Inovator Muda Terbaik untuk Kategori Tingkat Tertinggi dalam acara Pameran Pembuat Inovasi Dunia Remaja tahun 2025 di Kuala Lumpur, Malaysia, pada bulan Mei lalu. Dalam turnamen yang melibatkan 700 regu dari 15 negeri tersebut, tim ITB mempersembahkan ide berbasis konsep

beton

lingkungan yang lebih baik dengan memotong bagian dari penggunaan beton.

Grup bernama Enviromix ini terdiri dari tujuh siswa tahun masuk 2022 di jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika serta Teknik dan Manajemen Sumber Daya Alam. Anggota grup tersebut meliputi Putu Wahyu Tegar Suryananda, Muhammad Ariq Billah, Wildan Febryan, Ichsan Fahri Siroj, Aldy Rafi Fernaldi, Anuraga Bagaskara Putra Prayoga, dan Enjelly Florecyta Asthavelia.

Tegar, ketua tim, menyebutkan bahwa inspirasi beton berkelanjutan lahir dari kenangan penelitian akademik masa lalu tentang kompetisi pembangunan material batu bata di Singapura. Seperti halnya batu bata tersebut, beton yang dikembangkan oleh mereka memiliki tujuan primer yaitu meminimalkan emisi karbon dioksida.

“Ilmu dan teknik pembuatan beton yang didapatkan dari penelitian tim serta praktek dasar saat di tahun pertama perkuliahan,” jelasnya kepada
Tempo
, Rabu 18 Juni 2025.

Tegar dan kawan-kawannya memanfaatkan sisa-sisa material sebagai alternatif pengganti bagian dari campuran semen dalam pembuatan beton. Tim tersebut mengumpulkan dedaunan nenas dan cangkang kelapa yang dibuang di pasaran. Dedaunan nenas itu pun dikeringkan secara alami di area luar ruangan selama tujuh hari.

Selagi kulit kelapa kering dibakar di oven dengan suhu mencapai 800 derajat Celsius selama tiga jam, mereka menggunakan fasilitas pendidikan milik Jurusan Seni Rupa dan Desain ITS yang biasanya digunakan untuk membuat keramik.

Tim tersebut mengumpulkan serat dari daun buah nanas kering itu. “Serat ini berfungsi untuk memperkuat beton,” jelas Tegar.

Arang batok kelapa yang sudah direduksi menjadi serbuk berwarna gelap diklarifikasi kembali dan digunakan sebagai agregat utama dengan ukuran antara 0,2 sampai 0,3 millimeter. Sementara itu, beberapa bahan lain diperoleh melalui pembelian.
silica fume
dan
fly ash
dari sekam padi.

Tim Enviromix ITB setelah mengumpulkan semua bahan tersebut berhasil menciptakan empat jenis beton dengan tingkat campuran bahan organik berbeda yaitu sebesar 5%, 7,5%, 15% dan 20%. Semua variasi ini selanjutnya dites kekuatannya melalui proses uji tarik dan uji tekan di lab universitas mereka.

Hasil akhirnya, sesuai dengan pendapat Tegar, beton paling baik saat ini adalah yang memiliki kandungan 5 persen bahan organik. “Kami belum dapat membantah pentingnya menggunakan semen dalam proses pembuatan beton,” jelasnya.



Tim mahasiswa dari ITB berhasil mendapatkan Medali Emas serta Penghargaan Pencipta Muda Terbaik dalam Kategori Tingkat Tertinggi di Pameran Inovator Muda Dunia (WYIE) yang berlangsung di Kuala Lumpur Convention Center, Malaysia pada tanggal 31 Mei 2025. (Foto: Tim)

Semua jenis beton untuk uji coba dan dipindahkan ke kompetisi dibuat dengan dimensi dan ukuran seragam. Setiap batang memiliki diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, serta mempunyai berat kira-kira 5 kilogram.

Salah satu hasil tes lain menunjukkan bahwa beton yang dicampuri dengan bahan organik tersebut tidak pecah seketika saat tertekan, tetapi mengalami kerusakan secara perlahan. Merasa belum cukup puas, Tegar dan tim berniat untuk meneruskan penelitian serta melakukan lebih banyak percobaan pada beton menggunakan material sisa organik ini guna persiapan kompetisi bulan Desember mendatang di Korea Selatan.

Enviromix bertujuan meningkatkan kandungan bahan organik dalam campuran beton tanpa mengurangi ketangguhannya. Beragam saran yang diberikan oleh para pemain di bidang ini, termasuk teknisi laboratorium dan juri lomba, digunakan sebagai dasar untuk perkembangan selanjutnya.

Sebagai contoh, serat tumbuhan harus dipotong menjadi ukuran kecil yaitu 1 sampai 2 centimeter dan dicampur secara rata dalam campuran beton tersebut. Setelah itu, diperlukan tambahan bahan untuk membantu beton dapat meregenerasi diri saat mengalami retak halus. “Bisa menggunakan rumput laut,” ungkap Tegar menirukan saran sang juri asal India.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *