Pembangunan Tol Pandeglang Mengancam Produksi Padi, Kehilangan Hingga 700 Ton Per Musim Panen

Posted on


KABAR BANTEN –

Pembangunan jalur toll proyek strategis nasional yang ada di kabupaten Pandeglang diproyeksikan memiliki dampak signifikan pada bidang pertanian setempat.

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pandeglang mengungkapkan bahwa kerugian dalam produksi padi karena perubahan penggunaan tanah dapat mencapai angka 700 ton pada tiap masa panen.

Kepala DPKP Pandeglang, M. Nasir, menyebutkan bahwa walaupun belum memiliki data resmi tentang luas total tanah yang terpengaruhi, perkiraan kasarnya kisaran 130 hektar lahan pertanian berpotensi akan terkena dampak langsung dari pembangunan jalan tol tersebut.

“Saya tidak dapat mengungkapkan detail tentang luasnya area yang terkena dampak, namun perkiraan awal menunjukkan bahwa sekitar 130 hektare persawahan mungkin akan terpengaruhi. Sampai saat ini, belum ada lahan alternatif tersedia untuk pembuatan sawah baru,” jelas Nasir kepada Kabar Banten.

Nasir menyebutkan bahwa dari seluruh hasil panen beras di Pandeglang yang setiap tahunnya mencapai 414.576,37 ton, hilangnya sekitar 700 ton tiap musim pasti akan memberikan dampak besar. Agar dapat mencegah masalah ini, pihak pemerintahan lokal merancang untuk membuka area pertanian tambahan di kawasan milik Perhutani. Akan tetapi, ide itu masih menghadapi hambatan akibat kurangnya pasokan air yang cukup.

“Ada rencana untuk mengolah lahan menjadi sawah di area milik Perhutani, tetapi masih belum pasti tentang ketersediaan sumber airnya. Kita perlu berhati-hati agar pembukaan lahan pertanian baru ini tidak malah menimbulkan masalah akibat kekurangan air,” katanya.

Sebagai tindakan pencegahan, DPKP Pandeglang kini mendukung pendekatan peningkatan hasil dalam bertani guna mengatasi kemungkinan pengurangan produksi. Ini dicapai melalui penambahan efisiensi dan output dari lahan persawahan yang masih ada.

“Tujuannya adalah meningkatkan produktivitas dari 5 ton per hektar menjadi 7 ton. Dengan demikian, kami dapat mengatasi kekurangan yang disebabkan oleh penyusutan lahan,” terang Nasir.

Di samping itu, para petani diharapkan agar lebih fleksibel, meliputi pemakaian teknologi dalam bertani serta peningkatan struktur organisasi kelompok tani.

“Kami mendorong para petani untuk menggunakan teknologi serta bekerja sama dalam kelompok pertanian. Kendala utamanya tidak hanya berkurangnya lahan, tetapi juga keterbatasan sumber daya air dan keperluan dana,” jelasnya.

Pada saat yang sama, beberapa petani yang terpengaruh melaporkan telah mengalami penurunan produksi tanaman mereka. Sebagai contoh, Ikhsan dari Distrik Patia menyatakan bahwa lahan pertanian miliknya terkena dampak pembangunan jalan toll tersebut.

“Sawah milikku memang tak terlalu luas yang terdampak, namun produksi panen pastinya berkurang. Umumnya dapat menghasilkan 20-30 ton, tetapi saat ini turun drastis. Dana pun masih kurang untuk membeli tanah baru,” tuturnya dengan nada sedih.

Pihak pemerintah setempat menginginkan agar melalui campuran kebijakan penataan lahan baru untuk pertanian, pembaruan tanaman yang sudah ada, serta implementasi teknologi dalam bidang pertanian, hasil panen beras di wilayah Pandeglang dapat terus dipelihara meskipun sedang adanya tekanan dari proyek-proyek konstruksi infrastruktur. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *