Media Purwodadi
– Perhutani KPH Semarang memanfaatkan aset negara untuk mendukung komunitas burung kicau dengan menyewakan sebagian lahan kantornya.
Lahan seluas 110,8 meter persegi di Jalan Dr. Cipto, Semarang tersebut, kini digunakan sebagai arena gantangan atau tempat latihan burung berkicau.
Tahap ini mencerminkan kesediaan Perhutani KPH Semarang untuk mensupport penggunaan harta milik negara secara produktif serta menguntungkan rakyat.
Kolaborasi ini menunjukkan bahwa harta milik negara bisa dioptimalkan untuk memajukan komunitas penggemar burung berkicau dengan cara yang sah dan kedua belah pihak diuntungkan.
Kepala Seksi Madya Keuangan, SDM, Umum, dan TI dari Administratur Perhutani, Kristanti Nurtjahjani, menguraikan maksud di balik rancangan kolaborasi itu.
“Penyelenggaraan penggunaan lahan ini merupakan tindakan nyata dari Perhutani untuk memajukan kemampuan sumber daya yang mereka miliki,” jelas Kristanti.
Dia menyebutkan bahwa penggunaan area perkantoran sebagai tempat laga dijalankan sambil mematuhi aturan yang berlaku serta menerapkan konsep keberlanjutan.
Menurut dia, kerjasama tersebut tidak hanya memiliki dampak pada bidang ekonomi, melainkan juga menguatkan ikatan antara Perhutani dan masyarakat setempat yang terlibat dalam kegiatan sehari-hari.
“Harapannya adalah kerjasama semacam ini dapat menjadikan contoh penggunaanaset yang saling memberi manfaat dan berkesinambungan,” ungkap Kristanti.
Sementara, Eti Istiyana, penyewa lahan yang juga anggota komunitas burung kicau, menyampaikan apresiasinya kepada Perhutani atas kesempatan tersebut.
Eti menyampaikan rasa terimanya ketika diwawancara setelah menandatangani kontrak sewa.
Ia menjelaskan bahwa gantangan dilakukan empat kali sepekan yaitu setiap hari Selasa, Kamis, Sabtu, dan Minggu dengan peserta tetap dan baru.
Eti memilih kawasan Perhutani KPH Semarang untuk acara tersebut lantaran adanya tempat parkir yang luas dan suasana alam hijau yang sempurna untuk burung berkicau.
“Burung-burung cenderung berkicau dengan lebih aktif di daerah yang berhutan, sehingga lokasi ini sangat sesuai,” papar Eti sambil menunjuk ke arah arena lomba.
Menurutnya, keterbatasan lahan gantangan di tengah kota menjadi tantangan bagi komunitas burung kicau dalam menyelenggarakan latihan rutin.
“Dengan adanya kolaborasi ini, saya merasa tenang karena masalah itu pada akhirnya bisa diselesaikan,” tambahnya dengan semangat positif.
Ia menilai kolaborasi ini sebagai bentuk win-win solution antara komunitas dan Perhutani yang mampu menjawab kebutuhan masing-masing pihak.
“Di samping lokasinya yang sempurna, kita tidak perlu risau tentang area parkir yang umumnya menjadi masalah,” terang Eti.
Perusahaan Perhutani mendapatkan sumbangan finansial dari area yang dulunya kurang dimanfaatkan dengan baik dalam kegiatan rutin mereka.
“Harapan kami adalah kolaborasi ini tak sekadar memberikan manfaat pada sekarang saja, melainkan dapat diteruskan ke jaman akan datang,” tutur Eti seraya menyuarakan keyakinannya.
Penggunaan harta milik negara lewat kolaborasi bersama komunitas pencinta burung ini menciptakan peluang baru supaya Badan Usaha Milik Negara bisa semakin dekat dengan publik.
Inisiatif Perhutani KPH Semarang bisa jadi teladan nasional untuk mengelola kekayaan negara dengan cara yang inklusif, Produktif, serta lestari.