Peran Kolaborasi dalam Pemberdayaan Masyarakat
Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM) Muhaimin Iskandar atau yang lebih dikenal sebagai Cak Imin menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat, terutama pemuda, dalam upaya pemberdayaan di tingkat desa. Hal ini disampaikan saat ia meresmikan Pilot Project Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kawasan: Integratif dan Kolaboratif di Desa Wonosari, Kecamatan Pegandon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.
Cak Imin menjelaskan bahwa sejak 10 tahun terakhir, berbagai upaya pembangunan desa dan penguatan ekonomi masyarakat telah dilakukan baik secara mandiri maupun bersama pemerintah. Namun, kini fokusnya adalah pada kolaborasi kawasan yang melibatkan masyarakat yang sudah berdaya dan yang belum berdaya, serta para motor penggerak seperti kaum muda.
“Kolaborasi seperti ini akan menjadi pilot project yang dimulai dari kawasan tertentu, misalnya pesantren dan lingkungannya, kawasan wisata dan lingkungannya, serta didukung oleh perencanaan ekosistem yang memadai,” ujarnya.
Di Desa Wonosari, Cak Imin menilai bahwa kawasan ini bisa menjadi contoh nyata bagaimana sebuah wilayah dapat menjadi motor penggerak ekonomi bagi warga sekitar. Contohnya adalah program makan bergizi gratis yang mencakup penyediaan bahan baku, skill, koperasi, dan pemasaran dalam satu kesatuan ekosistem.
Jika hal ini berhasil dibangun di seluruh desa dan wilayah Indonesia, maka pembangunan akan menjadi lebih kuat dan berkelanjutan.
Program Prioritas di Desa Wonosari
Desa Wonosari memiliki beberapa program prioritas yang bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat. Berikut rinciannya:
-
KEBUN PETIK KELENGKENG
Sentra dengan 30.000 pohon yang ditargetkan dalam 15 tahun, dengan 2.000 pohon per tahun. Satu keluarga mampu mengelola 10 pohon, sehingga 1.000 KK bisa ikut dalam program ini. Total kebutuhan investasi mencapai Rp 90 miliar. -
SENTRA MELON PREMIUM
Terdiri dari 300 unit mini greenhouse dengan luas 500 m² per unit. Target produksi 30 ton per unit. Investasi per unit mencapai Rp 300 juta. Total kebutuhan investasi Rp 90 miliar. -
PERTANIAN JAGUNG
Lahan produktif seluas 1.640 hektar dengan hasil rata-rata 6,7 ton/ha. Total produksi mencapai 10.988 ton jagung kering. Omzet mencapai Rp 52,7 miliar. Program ini melibatkan pendampingan intensif, pengolahan pascapanen, pembiayaan, dan pemasaran. -
PENGGEMUKAN DOMBA
Potensi lahan alang-alang untuk penggemukan domba mencapai 250 KK. Satu KK mengelola 40 ekor domba, total 10.000 ekor. Omzet mencapai Rp 18 miliar per tahun. Total kebutuhan investasi Rp 20 miliar. -
TERNAK RUMAHAN AYAM PETELUR
Satu KK mengelola 100 ekor ayam petelur, total 500 KK. Kapasitas produksi mencapai 15 ton/tahun. Program ini memberikan keterampilan dan permodalan usaha kepada masyarakat. -
PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA
Setiap KK mengelola 60 kg sampah per minggu, total 60 ton per minggu. Sampah dipilah menjadi anorganik dan organik. Anorganik diolah menjadi bahan baku industri, sedangkan organik diolah menjadi pupuk organik dan pakan ternak maggot. -
DANA ABADI KOMUNITAS
Terdapat 15 komunitas dengan 20 KK per komunitas yang diberi modal awal Rp 500 juta. Total kebutuhan investasi mencapai Rp 7,5 miliar. -
KIOS GROSIR BAHAN POKOK (KGB)
Satu kawasan memiliki satu KGB. Dengan 1.000 KK yang belanja setiap bulan, omzet mencapai Rp 12 miliar per tahun. Modal investasi Rp 6 miliar dengan ROI 6 tahun. -
1 KELUARGA MISKIN, 1 SARJANA
Program beasiswa pendidikan untuk satu orang tiap keluarga miskin, bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan.
Selain itu, ada juga program pendukung seperti ternak lele, ternak entog dan maggot, serta unit teknologi digital dan produksi teknologi tepat guna. Semua program ini dirancang untuk mendukung pemberdayaan masyarakat secara integratif dan kolaboratif.