Pendekatan Humanis di Rutan Banjarnegara
Rutan Kelas IIB Banjarnegara terus menunjukkan komitmennya dalam memberikan pendekatan yang lebih humanis kepada warga binaan. Dengan fokus pada rehabilitasi pemasyarakatan dan pembinaan kemandirian, Rutan ini tidak hanya menjadi tempat penahanan, tetapi juga jembatan bagi para warga binaan untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Salah satu contoh nyata dari inisiatif ini adalah kegiatan sosialisasi rehabilitasi pemasyarakatan dan sesi sharing feeling yang diadakan di Aula Gatotkaca, Rutan Banjarnegara, pada hari Kamis (7/8/2025). Acara ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk jajaran Forkopimda Kabupaten Banjarnegara dan Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Purbalingga.
Tujuan utama dari acara ini adalah untuk memperkuat persiapan mental warga binaan menjelang reintegrasi sosial. Berdasarkan data terkini, sebanyak 142 warga binaan pemasyarakatan (WBP) telah mengikuti skrining rehabilitasi. Dari jumlah tersebut, 19 orang telah menjalani proses rehabilitasi penuh sejak Januari hingga Juli 2025.
Peran Pemerintah Daerah dalam Reintegrasi Sosial
Bupati Banjarnegara, dr. Amalia Desiana, menyampaikan apresiasi atas inisiatif Kepala Rutan Banjarnegara dan seluruh pihak yang terlibat. Menurutnya, pentingnya sinergi lintas sektoral dalam mendampingi warga binaan agar dapat kembali produktif di masyarakat.
“Saya sangat mengapresiasi apa yang diinisiasi oleh Karutan Banjarnegara. Harapannya, setelah dilakukan pembinaan ini, para santri bisa diterima masyarakat dan kembali produktif,” ujar Bupati.
Lebih lanjut, Bupati menekankan bahwa keberhasilan reintegrasi membutuhkan dukungan dari banyak pihak, seperti pemerintah daerah, OPD terkait, hingga sektor swasta. “Setelah mereka keluar, kita bantu fasilitasi agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Rata-rata mantan santri ini mengalami stigma negatif dan kesulitan mendapatkan pekerjaan,” tambahnya.
Kolaborasi dengan Stakeholder
Kepala Rutan Kelas IIB Banjarnegara, Dodik Harmono, menegaskan bahwa program rehabilitasi dan pembinaan yang dijalankan tidak lepas dari dukungan pemerintah daerah dan stakeholder. “Keberhasilan pemasyarakatan sejatinya tidak lepas dari peran pemerintah daerah dan jajaran APH. Kita wajib hadir di tengah mereka,” ujarnya.
Menurut Dodik, keberhasilan program ini melibatkan tiga unsur utama: petugas pemasyarakatan, pemerintah, dan masyarakat. Ia juga menyebut bahwa program ini sejalan dengan arahan Menteri Hukum dan HAM serta agenda nasional terkait penguatan UMKM dan ekonomi kreatif.
Sebagai bentuk kolaborasi nyata, Rutan Banjarnegara menjalin kerja sama (MoU) dengan beberapa pihak, termasuk PT Kanaka, sebuah perusahaan yang bersedia menampung mantan warga binaan untuk bekerja di bidang pengolahan kopi dan teh. “Alhamdulillah Bupati juga mendukung. Nanti mantan santri Rutan akan mendapatkan pekerjaan di sektor perdagangan, perkebunan, pertanian, dan lainnya,” kata Dodik.
Sinergi dengan BNNK Purbalingga
Selain itu, pengamanan Rutan juga melibatkan berbagai unsur, mulai dari Kepolisian, TNI, hingga Kejaksaan dan Pengadilan untuk mendukung sistem peradilan yang humanis sekaligus aman.
Kepala Sub Bagian Umum BNNK Purbalingga, Toni Gunawan, menyambut positif program rehabilitasi Rutan Banjarnegara. Menurutnya, pendekatan ini sejalan dengan kebijakan BNN dalam memperkuat kolaborasi antarlembaga. “Program seperti ini sangat bagus karena mendukung strategi Kepala BNN, terutama penguatan kolaborasi. Kami di Purbalingga juga membawahi wilayah Banjarnegara, jadi ini sangat membantu,” jelas Toni.
BNNK Purbalingga juga siap meningkatkan layanan rehabilitasi dan reintegrasi sosial bagi warga binaan kasus narkoba. “Kami ingin semakin banyak melayani klien rehabilitasi dari Banjarnegara. Dengan begitu, mereka bisa kembali ke masyarakat dengan baik,” tambahnya.
Data dan Upaya Pencegahan
Terkait data, Toni menyampaikan bahwa prevalensi pengguna narkoba di Indonesia mengalami penurunan. Berdasarkan Survei Prevalensi Nasional BNN tahun 2023, angka pengguna turun dari 1,9% menjadi 1,73% untuk usia produktif 10–50 tahun. Untuk Jawa Tengah sendiri, angkanya berada di kisaran 1,3%.
Dalam hal pencegahan, BNN telah menyasar berbagai sektor, mulai dari pendidikan, masyarakat umum, hingga instansi pemerintah. Upaya ini dilakukan agar angka kekambuhan (relapse) bisa ditekan semaksimal mungkin.
Masa Depan yang Lebih Baik
Langkah-langkah yang dilakukan oleh Rutan Banjarnegara dalam membekali warga binaan dengan keterampilan dan dukungan psikososial menunjukkan arah baru dalam dunia pemasyarakatan Indonesia. Tak lagi hanya sekadar tempat menjalani hukuman, rutan kini berubah menjadi ruang pembelajaran, pembinaan, dan harapan.
Dengan keterlibatan penuh dari Pemkab Banjarnegara, BNNK Purbalingga, serta sektor swasta, harapan besar pun muncul, agar para warga binaan mampu kembali ke masyarakat dengan semangat baru, keterampilan baru, dan tanpa lagi bayang-bayang masa lalu.
Keberhasilan program ini tentu bukan hanya milik Rutan Banjarnegara, tapi juga menjadi cermin bagi pendekatan pemasyarakatan di seluruh Indonesia.