Jalan Tol Cibitung-Cilincing sebagai Jalur Vital Logistik Jakarta
Jalan Tol Cibitung-Cilincing (JTCC) menjadi salah satu jalur kunci yang menghubungkan kawasan industri di sebelah timur Jakarta dengan Pelabuhan Tanjung Priok. Jalur ini memiliki peran penting dalam mempercepat integrasi koridor logistik nasional, terutama dalam memfasilitasi distribusi barang yang semakin meningkat setiap tahunnya.
Konektivitas antar wilayah sangat berpengaruh terhadap kelancaran arus logistik. Dalam beberapa waktu terakhir, kemacetan di beberapa ruas jalan tol seperti TB Simatupang-Tanjung Priok dan jalur arteri lainnya semakin memperparah kondisi lalu lintas. Hal ini menunjukkan kebutuhan untuk adanya alternatif jalur yang lebih efisien dan dapat mengurangi beban pada jalan-jalan utama.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo, menjelaskan bahwa pertumbuhan kendaraan bermotor menjadi salah satu faktor utama penyebab peningkatan volume lalu lintas di Jakarta. Berdasarkan data jumlah kendaraan di Jakarta pada tahun 2024, setiap hari terdapat penambahan sekitar 2.500 hingga 3.000 unit kendaraan. Peningkatan ini turut memengaruhi tingkat kemacetan di berbagai titik strategis.
Selain itu, disparitas tarif antara JORR 1 dan JORR 2 juga berkontribusi pada kemacetan. Banyak pengemudi memilih jalur JORR 1 karena biaya yang lebih rendah, meskipun secara jarak lebih jauh. Akibatnya, arus kendaraan cenderung terpusat di jalur tersebut, sehingga menyebabkan kemacetan yang dirasakan oleh masyarakat dan pelaku logistik.
JTCC sebagai Solusi untuk Mengurangi Kemacetan
Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Mahendra Rianto, menyatakan bahwa JTCC sebagai bagian dari JORR 2 memiliki potensi besar untuk mengurangi kemacetan dan mempercepat waktu tempuh menuju Pelabuhan Tanjung Priok. Jalur ini khusus diperuntukkan bagi kendaraan logistik, berbeda dengan jalan tol lain yang dilalui berbagai jenis kendaraan dengan kecepatan berbeda.
Namun, saat ini efektivitas JTCC masih belum terasa signifikan karena masalah tarif dan regulasi penggunaan. Tarif tol yang relatif tinggi membuat perusahaan jasa logistik enggan menggunakan jalur ini. Pengemudi lebih memilih jalur yang tidak berbayar atau tol yang lebih murah meski jaraknya lebih jauh.
Situasi ini menyebabkan akses ke Pelabuhan Tanjung Priok tetap terpusat pada Tol Jakarta-Cikampek (Japek) dan jalur arteri lainnya, alih-alih menggunakan JTCC. Menurut Mahendra, jika JTCC dioptimalkan, maka akan berkontribusi terhadap efisiensi operasional logistik nasional. Dengan lalu lintas yang lancar, kepadatan lalu lintas akan berkurang, dan efisiensi logistik akan meningkat.
Pernyataan Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo tentang rencana pengecekan tarif JTCC juga menunjukkan bahwa pemerintah mulai memahami kondisi riil di lapangan. Jika volume kendaraan di sebuah ruas tol sedikit sementara jalan arteri tetap padat, maka kemungkinan besar penyebab utamanya adalah tarif tol yang terlalu mahal.
Peran JTCC dalam Integrasi Koridor Logistik
Integrasi koridor wilayah logistik merupakan upaya menciptakan sistem jalur logistik yang terhubung secara strategis antar kawasan industri, pusat distribusi, dan pelabuhan. Selain meningkatkan kelancaran pengiriman barang, integrasi ini juga memungkinkan adanya penyesuaian dan penyelarasan tarif tol agar lebih terjangkau dan kompetitif.
Kompol Sandy Titah Nugraha, Kepala Induk Turangga 05 Korlantas Polri Induk PJR Cikampek, menyatakan bahwa JTCC berpotensi mengurai kemacetan. Ia mencontohkan integrasi koridor antara Tol Cibitung-Cilincing dengan jaringan tol lain seperti Japek yang akan membantu pemerataan lalu lintas logistik. Selain itu, jalur ini juga berperan dalam mengurangi kepadatan di titik-titik krusial seperti Simpang Susun Cikunir yang sering menjadi lokasi kemacetan.
Namun, Kompol Sandy juga menyoroti bahwa tarif JTCC masih menjadi kendala bagi pengendara kendaraan logistik. Banyak pengemudi truk logistik memilih jalur yang lebih jauh karena biaya yang lebih rendah. Dengan perhitungan operasional pengendara truk sumbu 3 ke atas, tarif Tol Cibitung-Cilincing masih menjadi kendala utama.
Untuk mengoptimalkan fungsi JTCC, diperlukan intervensi pemerintah dalam mendorong efisiensi distribusi barang, baik dari sisi waktu tempuh maupun biaya operasional. Dengan demikian, jalur logistik dapat berjalan lebih efektif dan memberikan manfaat bagi para pelaku logistik serta masyarakat umum.