Wabup Subang Dukung Konservasi Mangrove sebagai Penjaga Pesisir

Posted on

Peran Penting Hutan Mangrove dalam Perlindungan Lingkungan

Hutan mangrove merupakan ekosistem yang sangat kompleks dan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan pesisir. Di berbagai daerah, termasuk Kabupaten Subang, hutan mangrove dianggap sebagai benteng alami yang mampu mengurangi dampak abrasi dan erosi pantai. Keberadaannya juga menjadi indikator kesehatan ekosistem laut secara keseluruhan.

Mangrove memiliki akar-akar yang kuat dan saling terhubung, sehingga sangat efektif dalam meredam gelombang besar dan arus laut. Hal ini membantu menjaga stabilitas garis pantai serta melindungi permukiman dan lahan pertanian dari ancaman pengikisan air laut. Selain itu, ekosistem ini juga menjadi tempat tinggal bagi berbagai jenis satwa laut dan darat, seperti ikan kecil, udang, kepiting, dan burung. Mereka menggunakan mangrove sebagai tempat berlindung, berkembang biak, dan mencari makan.

Di Indonesia, yang merupakan negara dengan hutan mangrove terluas di dunia, upaya konservasi dan rehabilitasi mangrove terus dilakukan. Hal ini dilakukan untuk memulihkan fungsi ekosistem yang rusak akibat alih fungsi lahan dan pencemaran. Penanaman kembali mangrove menjadi salah satu solusi yang efektif dalam menghadapi dampak perubahan iklim seperti kenaikan permukaan air laut dan badai. Namun, upaya ini juga harus diiringi dengan kesadaran masyarakat akan bahaya pembuangan sampah ke sungai dan laut, yang dapat merusak pertumbuhan mangrove dan mengganggu keseimbangan ekosistem.

Kolaborasi Lintas Sektor dalam Pelestarian Mangrove

Komitmen terhadap pelestarian mangrove tampak jelas di Kabupaten Subang. Wakil Bupati Subang, H. Agus Masykur Rosyadi atau dikenal dengan panggilan Kang Akur, hadir dalam acara “Tanam dan Pelihara Mangrove dalam Upaya Pemulihan Ekosistem Mangrove di Pesisir Pantai Utara Kabupaten Subang”. Acara ini berlangsung di Desa Legonkulon, Kecamatan Legonkulon pada Kamis, 7 Agustus 2025.

Acara ini merupakan bagian dari Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PT Taspen (Persero), yang bekerja sama dengan Yayasan Lingkungan Nusantara Indah (YLNI). Dalam kegiatan tersebut, sebanyak 1.175 bibit mangrove ditanam. Branch Manager PT Taspen (Persero) Kantor Cabang Bandung, Yuni Dwi Pudjirahayu, menjelaskan bahwa Desa Legonkulon merupakan daerah yang rentan terhadap abrasi. Menurutnya, wilayah ini rawan terdampak fenomena alam seperti abrasi, yang menyebabkan garis pantai bergeser dan lahan di pesisir hilang.

Yuni menambahkan bahwa penanaman mangrove tidak hanya berdampak pada aspek lingkungan, tetapi juga mendukung komitmen pemerintah dalam isu perubahan iklim. Sementara itu, Kang Akur menyampaikan apresiasinya terhadap sinergi yang terjalin antara berbagai pihak dengan Pemkab Subang. Ia mengucapkan terima kasih kepada PT Taspen, Dinas Lingkungan Hidup, YLNI, serta seluruh unsur yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Harapan utamanya adalah tidak hanya menanam, tetapi juga memeliharanya secara berkelanjutan.

Kang Akur menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor dalam menghadapi tantangan lingkungan. Menurutnya, kolaborasi antara pemerintah dan dunia usaha sangat penting karena pemerintah daerah memiliki keterbatasan dalam menyelesaikan masalah lingkungan sendirian. Ia juga menyatakan bahwa mangrove bisa menjadi solusi alami yang efektif untuk menanggulangi banjir dan abrasi. “Hari ini dibuktikan bahwa tanggul bukan satu-satunya cara. Mangrove juga dapat dimanfaatkan sebagai solusi alami untuk menanggulangi banjir dan abrasi yang terjadi di pesisir pantai,” ujarnya.

Acara tersebut juga ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara PT Taspen KC Bandung dan YLNI, serta penyerahan hibah gerobak sampah dari YLNI kepada Pemerintah Desa Legonkulon. Dengan menjaga hutan mangrove, kita tidak hanya melindungi lingkungan pesisir dan ekosistemnya, tetapi juga memastikan keberlanjutan sumber daya alam untuk generasi mendatang.