8 Kebiasaan Baby Boomer yang Mengganggu Generasi Muda, Menurut Psikologi Antar Generasi

Posted on

Perbedaan Generasi yang Membentuk Dinamika Sosial

Setiap generasi tumbuh dalam lingkungan dan kondisi yang berbeda, sehingga membentuk nilai, kebiasaan, serta cara pandang yang unik. Di satu sisi, Baby Boomers lahir antara tahun 1946 hingga 1964, tumbuh di era pasca-perang yang menekankan stabilitas, kerja keras, dan komunikasi langsung. Di sisi lain, generasi muda seperti Millennials dan Gen Z tumbuh dalam dunia digital yang penuh inovasi, dinamis, dan membutuhkan keterbukaan serta efisiensi.

Perbedaan ini sering kali menciptakan kesenjangan generasi yang tak bisa dihindari. Tidak jarang, perbedaan ini terasa lucu, tetapi juga bisa membuat frustrasi atau bahkan menjadi sumber konflik dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah, kantor, maupun media sosial. Namun, memahami kebiasaan yang mendasari perbedaan ini bukan untuk menghakimi, melainkan sebagai langkah awal untuk saling memahami, menghargai, dan bahkan tertawa bersama.

Kebiasaan Khas Baby Boomer yang Menyulitkan Generasi Muda

Berikut adalah delapan kebiasaan khas Baby Boomer yang sering kali membuat generasi muda merasa bingung atau tidak nyaman:

1. Terlalu Suka Mengirim Surat Pos

Surat tulisan tangan memang memiliki daya magis tersendiri—personal, hangat, dan menyentuh. Namun, banyak Baby Boomer masih terlalu mengandalkannya, bahkan untuk hal-hal yang bisa diselesaikan dengan cepat melalui pesan instan. Tagihan manual, undangan pernikahan, atau ucapan selamat ulang tahun sering dikirim melalui pos. Bagi generasi muda, ini terasa seperti proses yang tidak perlu. Selain itu, surat fisik memerlukan waktu lama untuk sampai, sulit ditindaklanjuti secara cepat, dan kurang ramah lingkungan.

2. Menolak Adaptasi Teknologi Baru

Beberapa Baby Boomer enggan menggunakan teknologi baru, meskipun mereka mampu mempelajarinya. Alasannya biasanya karena merasa teknologi terlalu rumit, takut melakukan kesalahan, atau merasa bahwa cara lama sudah cukup. Namun, bagi generasi muda, teknologi adalah bagian dari kehidupan sosial, kerja, dan pendidikan. Ketidakmampuan adaptasi ini bisa menyebabkan kesenjangan komunikasi dan ketergantungan yang berlebihan.

3. Enggan Melakukan Daur Ulang

Bagi banyak Baby Boomer, sampah adalah sampah. Mereka tidak tumbuh di era yang menekankan pentingnya daur ulang atau pemilahan limbah. Sebaliknya, generasi muda lebih sadar akan isu lingkungan. Kebiasaan Baby Boomer seperti mencampur semua jenis sampah atau tidak membawa tas belanja sendiri sering membuat generasi muda merasa frustasi dan khawatir terhadap masa depan planet.

4. Takut Belanja Online

Banyak Baby Boomer masih merasa tidak aman saat berbelanja online. Mereka lebih percaya pada toko fisik dan kasir manusia, meski harus menunggu lama. Padahal, sistem pembayaran dan pengiriman saat ini jauh lebih aman. Ketidakpercayaan ini bisa menyebabkan ketegangan dalam keluarga, terutama saat merencanakan belanja bersama.

5. Nostalgia Berlebihan

Baby Boomer sering menganggap masa lalu sebagai masa emas. Namun, terlalu sering meromantisasi masa lalu bisa membuat generasi muda merasa tidak dihargai. Dunia saat ini jauh lebih kompleks, dan tantangan yang dihadapi generasi muda berbeda dari generasi sebelumnya. Alih-alih membandingkan, lebih baik saling bertanya dan belajar dari satu sama lain.

6. Menolak Tren Makanan Baru

Ajakan untuk mencoba makanan baru seperti smoothie kale atau burger vegan sering dianggap aneh oleh Baby Boomer. Mereka lebih akrab dengan menu konvensional seperti nasi, lauk, dan sayur matang. Namun, bagi generasi muda, eksplorasi makanan adalah bagian dari gaya hidup sehat dan penemuan diri. Sikap negatif atau komentar sinis bisa menciptakan ketegangan dalam keluarga.

7. Menganggap Musik Lama Lebih Berkualitas

Banyak Baby Boomer menganggap musik zaman dulu lebih berkualitas dibandingkan musik modern. Namun, musik modern mencerminkan perasaan dan harapan generasi muda. Jika didengarkan dengan hati terbuka, musik bisa menjadi jembatan antargenerasi yang kuat.

8. Kurang Kesadaran tentang Privasi di Media Sosial

Banyak Baby Boomer masih kurang memahami batas privasi di media sosial. Mereka sering oversharing atau memberi komentar publik yang bisa membuat generasi muda merasa risih atau terganggu. Solusinya adalah mengajarkan mereka tentang etika digital dan pentingnya menjaga privasi.

Kesimpulan

Perbedaan antar generasi bukanlah alasan untuk konflik, melainkan peluang untuk belajar dan saling memahami. Setiap generasi memiliki tantangan dan keindahannya sendiri. Dengan dialog yang terbuka, kita bisa menjembatani dua dunia yang berbeda, tetapi sama-sama valid. Di dunia yang serba cepat ini, dialog antargenerasi lebih dibutuhkan daripada sebelumnya. Karena pada akhirnya, kita semua ingin hal yang sama: dimengerti, dihargai, dan terhubung satu sama lain.