Kondisi Pasar di District Blok M yang Semakin Sepi
District Blok M, Jakarta Selatan, kini tampak sepi. Banyak papan ruko masih terpampang, namun kebanyakan dari mereka sudah tutup. Dari puluhan ruko yang ada di distrik tersebut, hanya tersisa empat belas yang masih buka. Enam di antaranya merupakan ruko kuliner.
Dava Kirana (22 tahun), salah satu pedagang kuliner, mengaku bahwa biaya sewa rukonya naik drastis. Menurutnya, tagihan sewa yang biasanya berkisar antara Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu per bulan, harus melonjak berkali-kali lipat. “Iya, dari Rp 300-500-an jadi Rp 7 juta,” ujarnya.
Dava mendengar informasi bahwa pihak koperasi ingin mengambil alih dan memegang ruko-ruko di District Blok M kembali. Adanya kerja sama dengan MRT dan biaya-biaya lainnya turut menjadi faktor tingginya tagihan sewa ruko di lokasi tersebut. Meski dijanjikan gratis sewa selama dua bulan jika pindah ke Blok M Hub, Dava dan lima ruko kuliner lainnya masih bertahan di District Blok M. Sebagai penjaga ruko, dia hanya mengikuti arahan pemilik. Saat ini, mereka sedang mencari tempat jualan yang benar-benar sesuai.
“Iya masih di sini, karena kita lagi cari tempat juga yang benar-benar bisa, iya belum ada rencana ke bawah (Blok M Hub),” kata Dava.
Dava merasa keadaan ini sangat tidak menguntungkan bagi karyawan maupun ruko itu sendiri. Dia mengaku pendapatan ruko anjlok akibat pengunjung yang kian sepi. Meski begitu, ruko kulinernya tersebut tetap tidak menaikkan harga makanan dan minuman pada menu karena belum ada arahan dari pemilik.
“Dari yang benar-benar anjlok banget, terus juga sekarang sepi pengunjung,” keluh dia.
Tidak Semua Ruko Terdampak
Apakah semua ruko terdampak? Rupanya tidak. Fauzi (57), pedagang jam tangan, mengaku rukonya dan ruko non-kuliner lainnya tidak mendapat kenaikan harga sewa. Ruko yang telah berdiri sejak 1996 ini, tetap dia buka di tengah banyaknya ruko yang tutup.
Dengan tegas, dia menyebut rukonya akan tetap berada di District Blok M mengingat dia sudah lama menempatinya. Fauzi merasa tidak mendapatkan tagihan yang tinggi seperti ruko kuliner lainnya.
“Ya saya enggak, kan ini (tagihannya) kan (untuk) kuliner. Kalau saya di sini udah lama, jadi enggak mungkin pindah,” jelas Fauzi.
Sepengetahuan Fauzi, memang ada beberapa ruko yang belum membayar tagihan dan kemudian menutup ruko. Dia dengan tegas menjawab, ruko yang tutup juga bisa dikarenakan mereka tidak sanggup membayar. Sementara, sebagai pedagang jika sanggup bayar, maka harus membayar dan jika tidak sanggup bayar, maka harus menerima risikonya.
“Kalau kita dagang sanggup ya bayar, kalau enggak ya udah gitu kan,” tegas dia.
Pengalaman Pedagang di Blok M Hub
Baru empat pekan menempati Blok M Hub, Siti Masrifatulailla (19), penjual donat di Blok M Hub mengaku lokasi kuliner dan pakaian yang menghubungkan TransJakarta itu masih terbilang sepi pengunjung. Terlihat di lorong Blok M Hub, banyak deretan ruko tertutup rapat, belum ada yang menghuni. Hanya ada orang-orang berlalu lalang dan sedikit ruko kuliner yang buka. Dari belasan ruko yang ada hanya sekitar sembilan ruko kuliner yang beroperasi.
Rifa menyebut, akhir-akhir ini, belum ada tanda-tanda pedagang dari District Blok M pindah ke bawah. Hanya terlihat beberapa pedagang masih melakukan survei untuk melihat ruko yang sekiranya sesuai.
“Belum sih, paling baru ada orang nyurvei, baru ada yang nyurvei doang,” ungkap Rifa.
Dibandingkan District Blok M, secara fasilitas, Blok M Hub terlihat lebih memadai. Terdapat Air Conditioner (AC) dalamnya. Fasilitas terlihat lebih bersih dan nyaman. Meski demikian, jumlah pengunjung masih kalah dengan kondisi di atas.
Untuk menggaet konsumen, Rifa mengaku cukup kesulitan. Mereka masih mengandalkan orang-orang yang berlalulalang dari TransJakarta. “Lumayan (sulit), kalau di sini kan kalau ruko saya kan peminatnya cuma orang lewat dari TransJakarta,” keluh dia.
Dalam sepekan, dia mengaku hanya dapat meraup keuntungan sebesar Rp 1 juta. Jadi, jika diakumulasikan dalam sebulan Rifa mendapat omzet sebesar Rp 4 juta saja. Dia berharap dengan adanya kebijakan penggratisan sewa dua bulan bagi ruko yang pindah dari District Blok M ke Blok M Hub ini, dapat membuat kondisi Blok M Hub jadi lebih ramai. Menurutnya akan lebih baik jika banyak pedagang yang mengisi ruko, karena terlalu banyak yang kosong.
“Menurut saya mending diisi sih, karena di sini terlalu banyak yang kosong, di sini terlalu banyak banget yang kosong,” ujar dia.
Kebijakan Gratis Sewa Dua Bulan
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung menyebut banyaknya kios yang tutup dikarenakan tagihan sewa yang dianggap terlalu mahal. Pramono mengecek kondisi lapangan langsung District Blok M dan Blok M Hub pada Rabu (3/9/2025). Dia meminta untuk pihak koperasi tidak melanggar kerja sama. Jika pihak koperasi tetap memberi tagihan di luar kesepakatan, maka akan dilakukan postpone atau penundaan.
Atas diskusi bersama Direktur Utama, karena tempat tersebut dikelola oleh MRT, maka Pramono mengarahkan untuk pedagang yang pindah ke Blok M Hub, biayanya sewanya akan digratiskan selama dua bulan.
“Kalau mereka (pedagang) mau menggunakan tempat ini, maka nanti selama dua bulan kami beri kebebasan (sewa), free, gratis supaya mereka mau pindah ke tempat ini,” ucap Pramono.
Dia juga menjelaskan, tempat yang baru, yaitu Blok M Hub memiliki fasilitas yang lebih baik. AC dan fasilitas lainnya yang dapat mengatasi keresahan fasilitas para pedagang di tempat sebelumnya.
Secara tegas dia menyebut, untuk biaya sewa di District Blok M memiliki aturannya sendiri. Biaya terbagi menjadi dua. Ada batas atas (tertinggi) dan batas bawah (terendah). Batas bawah biaya tagihan sewa yaitu Rp 300 ribu. Sementara, batas atasnya senilai Rp 1,5 juta.
Dengan ini, jika dilihat dari pernyataan Dava, penjual di salah satu ruko kuliner di District Blok M yang sebelumnya menyebut biaya sewa saat ini mencapai Rp7 juta per bulan, maka itu terbilang sudah melebihi batas atas yang seharusnya.
Tuhiyat, Dirut MRT sendiri mengaku tidak tahu menahu atas tingginya harga sewa ini. Menurut pernyataannya, sebelum ini mereka selalu melakukan tagihan sesuai dengan kesepakatan.
“Ini tiba-tiba karena dalam satu bulan terakhir baru ditagihkan ini, yang sebelumnya itu sesuai dengan kesepakatan,” ungkap Tuhiyat.
Dengan tegas, Pramono menghimbau, jika pihak koperasi tidak menaati kesepakatan yang ada, maka kerja sama koperasi dengan MRT akan diputus.
“Ya, kalau mereka masih tidak mau menaati apa yang menjadi kesepakatan, saya minta diputus,” tegas dia.