Warga Kecewa Tarif MRT/Transjakarta Rp1 Juta Dihentikan

Posted on

Tarif Murah Transportasi Umum di Jakarta: Manfaat dan Kritik

Masyarakat yang beraktivitas di Jakarta sedang menikmati tarif murah sebesar Rp1 untuk beberapa jenis transportasi umum seperti MRT, LRT Jakarta, dan Transjakarta selama pekan pertama September 2025. Pengurangan biaya tersebut menjadi perhatian khusus bagi masyarakat, terutama mereka yang sering menggunakan transportasi umum dalam kehidupan sehari-hari.

Sejumlah warga mengakui bahwa pengurangan tarif ini memberikan bantuan signifikan dalam mengurangi beban biaya transportasi. Namun, tidak semua merasa senang dengan adanya tarif rendah tersebut. Beberapa bahkan merasa tidak rela karena alasan tertentu, seperti ketidakpuasan terhadap kondisi fasilitas yang rusak akibat kerusuhan massa demonstran.

Tamara (27), salah satu pengguna Transjakarta, menyampaikan pendapatnya tentang tarif murah yang diberlakukan. Ia merasa lebih nyaman jika tarif kembali normal, yaitu Rp3.500, meskipun situasi awalnya sempat tidak kondusif. Menurut Tamara, tarif yang ada saat ini sudah cukup layak, dan ia merasa tidak puas dengan pengurangan tarif yang terlalu besar.

Meski begitu, Tamara tetap merasa terbantu dengan biaya transportasi yang lebih murah. Dengan asumsi pulang pergi kantor selama lima hari, ia berhasil menghemat hingga Rp35.000 per minggu. Uang tersebut bisa dialihkan untuk kebutuhan lain, seperti makanan atau minuman.

Ave, seorang pekerja swasta, juga menyambut baik kebijakan tarif murah tersebut. Baginya, pengurangan tarif sangat membantu dalam mengurangi beban keuangan. Ia berharap skema tarif rendah bisa diberlakukan lebih sering, bukan hanya pada momen tertentu. Misalnya, dengan adanya paket bulanan yang lebih hemat atau subsidi khusus bagi pelajar dan pekerja.

Bella (25), pengguna MRT Lebak Bulus—Bundaran HI, merasa sangat terbantu dengan tarif murah tersebut. Dalam lima hari kerja, ia berhasil menghemat hingga Rp140.000. Uang tersebut bisa digunakan untuk kebutuhan sekunder maupun tersier, seperti yoga atau belanja kecil-kecilan. Selain itu, Bella juga mengakui bahwa tarif murah membantunya mengurangi pengeluaran untuk ongkos ojek online dari rumah ke stasiun yang biasanya mencapai Rp40.000.

Bella berharap agar transportasi umum dapat diperluas hingga kota-kota penyangga seperti Tangerang, tempat dirinya tinggal. Menurutnya, pengurangan tarif transportasi umum bisa meningkatkan daya beli masyarakat, karena uang yang sebelumnya digunakan untuk ongkos transportasi bisa dialihkan ke kebutuhan lain.

Biaya transportasi memang menjadi salah satu beban terbesar bagi masyarakat. Standar ideal menurut Bank Dunia adalah tidak lebih dari 10% dari pendapatan. Namun, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa rata-rata biaya transportasi mencapai 12,46%. Wilayah Depok menjadi kota kedua dengan biaya transportasi paling mahal, yaitu Rp1,8 juta per orang per bulan, setelah Bekasi yang mencapai Rp1,9 juta atau sekitar 16,32% dari total pendapatan. Surabaya menduduki posisi ketiga dengan pengeluaran biaya transportasi sebesar Rp1,62 juta atau sekitar 13,61% dari total pendapatan.

Dengan adanya tarif murah untuk transportasi umum, masyarakat berharap kebijakan ini bisa menjadi solusi jangka panjang dalam mengurangi beban ekonomi. Meski ada kritik, banyak yang berharap agar tarif rendah bisa diterapkan secara lebih luas dan berkelanjutan.